Ada kalanya kita tidak perlu mengedit apa pun isi tulisan kita. Membiarkan pena meliuk-liuk menuliskan apa saja atau jari-jari kita mengetik di keyboard tanpa harus mengecek nyambung nggak kata-katanya.
dok. pixabay.com |
Banyak jalan mengusir stress, misalnya saat kita ada di kondisi overthinking seperti yang dialami Mbak Eny. Banyak cara yang bisa dilakukan agar hati kembali damai.
Salah satunya dengan menulis secara otomatis atau nama populernya automatic writing. Saya membaca metode menulis ini pertama kali di majalah Yoga kurang lebih lima tahun lalu. Menarik sekali membiarkan jari dan perasaan berkolaborasi menuliskan semua kegundahan tanpa diatur pikiran.
Seperti dilansir dari psychicelements.com (13/10/17), ternyata automatic writing sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Automatic writing berkembang ke seluruh dunia sebagai gerakan spiritualitas. Metode menulis ini dipercaya bisa menjadi terapi pelepas stress. Mengapa demikian? Karena automatic writing dapat membantu seseorang menumpahkan semua negativitas yang ada di pikirannya tanpa diedit sama sekali.
Mulanya metode ini dipraktikkan di lembaga konsultasi kejiwaan. Setelah lama berjalan, terapi ini bisa dilakukan sendiri. Bagaimana caranya mempraktikkan automatic writing agar dapat melepas seluruh negativitas yang bersarang di hati dan pikiran kita? Berikut ini caranya.
9 Langkah Melakukan Automatic Writing
1. Siapkan pena dan kertas atau media lain yang nyaman sebagai alat menulis bagi Anda.
Ini yang unik dari automatic writing. Ketika era internet of things merajai kehidupan kita, semua aktivitas dilakukan hanya lewat ujung jari. Pencet sana, pencet sini, selesai.
Pun dengan maraknya podcast membuat orang cukup bicara untuk membagikan pemikirannya.
Pena dan kertas makin tertinggal di belakang. Kadangkala kita takpernah lagi menyentuh kertas dan pena untuk menuliskan semua rasa dan pikiran.
Ketika kita melakukan automatic writing, pena dan kertas menjadi senjata utama. Mengapa? saat kita menulis, pikiran kit abisa lebih fokus. Kita bisa menyampaikan semua rasa yang mengganjal melalui gerakan pena tanpa ada interupsi.
2. Setting tempat menulis di tempat yang tenang dan bebas gangguan
Automatic writing membutuhkan konsentrasi penuh. Aktivitas ini takbisa dilakukan secara multitasking. Sebenernya sama saja sih seperti saat kita menulis buku harian. Biasanya nggak bisa dilakukan di mana saja. Biasanya kita memilih tempat yang nyaman bebas gangguan.
Jadi, pilihlah tempat yang mendukung penuh konsentrasi saat menulis. Kita yang paling tahu lokasi dan waktu yang tepat untuk menulis. Kalau saya, biasanya malam setelah orang rumah tidur. Sepi; sunyi, pas banget untuk menuangkan semua rasa dan pikiran dalam automatic writing.
3. Meditasilah sejenak.
Atur napas kita. Tarik dan embuskan pelahan dengan teratur. Pengaturan napas bertujuan agar kita bisa fokus pada pikiran dan perasaan kita.
Kadangkala terlalu banyak pikiran lalu lalang membuat kita sulit meditasi. Itu takapa. Takperlu memaksa mengosongkan pikiran. Tetap atur pernapasan kita dan ikuti saja semua yang lalu lalang di benak kita. Lambat laun kita akan fokus juga.
4. Dengarkan musik relaksasi
Musik relaksasi bisa membantu kita memfokuskan pikiran. Pilihan musik jenis ini banyak, kita bisa mengeceknya di Spotify atau platform musik langganan kita yang lain. Saya paling suka musik instrumen atau suara percikan air. Suaranya menenangkan hati.
5. Mulailah menulis
Tuliskan semua yang ada di pikiran dan hati kita. Biarkan pertanyaan dan pernyataan mengalir dalam tulisan. Kita tidak perlu langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Kita juga tidak perlu merevisi pernyataan-pernyataan yang kita tuliskan.
Teruslah menulis dengan konstan. Sebagian orang menutup matanya saat menulis agar lebih konsentrasi, tetapi tidak sedikit yang membuka matanya.
6. Berhentilah sejenak apabila merasa buntu
Pada fase berhenti ini, jangan membaca tulisan apalagi merevisinya. Segera lanjutkan menulis setelah berhenti selama lima menit. Konsentrasi kita akan buyar jika berhenti terlalu lama.
7. Simpan dulu tulisan selama sekira satu jam sebelum kita membacanya.
Setelah satu jam, kita bisa membaca tulisan tadi. Kita juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam tulisan. Yakinkan diri bahwa jawaban-jawaban itu positif dan solutif bagi kegelisahan yang kita rasakan. Karena itu, sangat penting menenangkan dan menjernihkan hati dan pikiran ketika kita mulai menulis.
8. “Practice makes perfect”.
Biasakan melakukan automatic writing berturut-turut selama tiga puluh hari. Usahakan menjaga rutinitas menulis dengan melakukannya pada waktu yang sama selama tiga puluh hari itu.
9. Gunakan timer untuk mengatur waktu menulis
Penggunaan timer bertujuan untuk membatasi waktu menulis sehingga kita tidak membuang waktu untuk berpikir atau menimbang-nimbang apa yang akan ditulis.
---
Automatic writing berbeda dengan menulis kreatif. Peran intuisi dalam automatic writing sangat dominan. Intuisi ini berperan dalam penyampaian perasaan dan pemikiran lewat tulisan. Sementara, creative writing mengedepankan peran akal dalam mengembangkan ide menjadi tulisan.
Saya kira di masa pendemi ini, automatic writing bisa menjadi pilihan. Metode menulis otomatis ini kiranya membantu kita mengurai tumpukan rasa dan pikiran. Tujuan akhirnya tentu saja melepas stress agar hati lebih ringan.
- Albert Einstein -"The intuitive mind is a sacred gift and the rational mind is a faithful servant. We have created a society that honors the servant and has forgotten the gift.”
Wah, menarik sekali nih :) bisa healing jiwa dengan menulis dimanapun dan kapanpun. Daripada curhat jadi bahan gibah
ReplyDeleteSaya biasanya nulis corat-coretnya di note HP. Walau keliatannya asal-asalan, tapi suatu waktu tulisan itu bisa jadi ide.
ReplyDeleteahhh kalau saya boleh nambahin kak, aku pasti nyiapain cemilan atau minuman yang bagus buat memperbaiki mood. Bener banget kalau timing perlu diperhatikan karena kalau sudah sumpek ngga bisa dipaksakan
ReplyDeleteAku setuju banget kalo nulis bisa jd obat penyembuh jiwa. Meluapkan perasaan dan nurunin emosi
ReplyDeletePaling happy kalau malam hari, semua anggota keluarga uda pada bobok, maka bisa banget tuuh aplikasiin Automatic writing. Dengan membiarkan pena menari-nari tanpa ada blocking dan distraksi dari manapun.
ReplyDeletewah seru banget ini ya automatic writing, kalau saya juga menulis begini kok hehe. tulis aja terus selama masih tau mau nulis apa. sebelum di publish dibaca dulu berulang-ulang hehe
ReplyDeleteIni tips bagus banget untuk yang sering mengaku masih writer block. Menulis memang masalah kebiasaan. Kebiasaan membaca dan menulis. Tidak bisa hanya menulis saja.
ReplyDeleteOh ya, saya juga sering mengendapkan tulisan sekira 1 jam sebelum baca ulang. Tapi cukup sering juga langsung dan biasanya ada saja typo-nya. hihihi
Ternyata selama ini aku udah nerapin automatic writing. Soalnya, aku kalau nulis di diary bisa berlembar-lembar. Enggak peduli typo dan enggak peduli tulisan jelek apa bagus. Termasuk juga kali ya, nulis diary ini
ReplyDeletesaya sudah jarang nulis full di kertas, paling catatan poin2nya saja..tapi itu benar membantu sih tetap aja berbeda dari nulis di laptop, semacam healing sendiri untuk jiwa :')
ReplyDeletedenger musik untuk relaksasi itu yg kulakukan untuk dapet mood nulis..bener harus cari cara yg sesuai dengan kita ya kak
ReplyDeleteJadi tulisannya bersifat katarsis ya mbak, untuk membuang segala yg negatif dalam diri
ReplyDeleteAku belum menggunakan poin ke sembilan, timer nanti bolehlah di coba timer biar tau kecepatan kapan selesai menulis
ReplyDeleteSaya pernah ikut seminar kepenulisan, narsumnya juga bilang seperti ini mbak. Nggak usah banyak mikir, tulis aja apa yang terlintas di kepala. Nggak usah mikirin nyambung apa nggak, eyd, typo, yang penting tumbuhkan kebiasaan menulis dulu. Nanti lama-lama akan terbiasa. Saya pun kalau lagi ngalamin writer block juga pakai cara ini.
ReplyDeleteIni kalo step stepnya bisa dijalankan semua, bakal sukses ya menjadi blogger atau writer jenis apa pun.
ReplyDeletebaru tau nih ada istilah automatic writing
ReplyDeletebisa dicoba nih kalau lagi galau hihihi
apalagi nulisnya di kertas langsung, jadi makin banyak emosi yang dituangkan
Selain free writing juga ada automatic writing yaa Teh Sugi... Sy dari SMP udah automatic writing jg dong ya, nulis diary sampe berjilid, sampe lulus kuliah S1. Tp pas mau married sy bakar²in semua, hihi.. Malu kl one day kebaca suami
ReplyDeleteAku biasanya kalo lagi suntuk, nulis semua unek-unek aku kak .diketik di medsos tapi kemudian gak jadi diupload. Disimpen saja .hehehe .yang penting udah reda amarahnya
ReplyDeleteIni informasi baru bahwa automatic writing adalah metode pengusir stres ya.. oke.. tapi yang penting menulis sesuai fashion dan tak dikejar deadline haha... beda dengan jurnalis wkwkw...
ReplyDeleteBisa dicoba nih automatic writingnya untuk melepas stres. Apalagi saya biasanya menulis pakai kaidah atau pakem yang rentan bikin stres, hehe
ReplyDeleteTimer ini kayaknya poin penting banget ya kak. Terkadang kita memang butuh tenggat waktu agar kita fokus pada tulisan kita.
ReplyDeletetipsnya sangat berguna sekali kak, untuk aku yang masih belajar bisa aku tirukan tipsnya semoga bisa buat aku berguna dan jadi penulis yag terkenal
ReplyDeleteSaya sudah sering melakukan ini, tapi gak tau kalau namanya automatic writing 😅 kalau sedang resah gelisah atau sedih melanda, ini jalan ninjaku. Segala keresahan bisa kelaur dari kepala, setelahnya aku robek deh hahaha biar gak emosi lagi klo baca. Bener gak nih yang kulakukan masuk kategori automatic writing?
ReplyDeleteHampir sama kita kak Tika. Malah kadang nulis di medsos. Tapi setelah selesai gak diupload. Hehe cuma sarana pelepasan emosi saja.
DeleteNomor 6 dan 7 serupa tp tak sama dg free writingnya almarhum pak hernowo ya cm kl beliau per 10 menitan dan pakai alarm pula
ReplyDeleteWah perlu dicoba ini, belakangan ini ga mood nulis, sepertinya terapi ini bagus. Kawan aku juga nyarankan yang sama
ReplyDelete