Mengapa demikian? Jawabannya bisa beragam. Salah satunya bisa kita baca pendapat Kak Steffi di blognya. Kalau menurut saya, dengan menulis, kita meninggalkan jejak untuk orang – orang di masa kita hidup dan setelah kita meninggalkan dunia ini. Jangan dulu membayangkan kita sebagai penulis besar, seperti Umar Kayam yang saya kutip quote-nya, JK. Rowling, Dan Brown, Tere Liye, Eka Kurniawan atau Dee Lestari. Cukuplah dulu membayangkan anak cucu kita membaca isi blog kita atau pembaca buku – buku yang sudah kita tulis meski tidak masuk kategori best seller.
Penulis bukan profesi biasa. Itu menurut saya. Dunia menulis yang amat luas ini memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mengembangkan pemikirannya. Dengan menulis pula, seseorang mencatat perjalanan hidupnya sebagai sejarah kehidupannya. Caranya bisa beragam, medianya bisa bermacam – macam. Terlebih di era internet of things saat ini, profesi penulis tidak melulu menggunakan media buku, tetapi juga blog, caption di berbagai platform, dan sebagainya.
Penulis merupakan profesi yang diimpikan banyak orang. Profesi yang seringkali menimbulkan decak kagum bagi orang sekitar. Jadi, wajar kan kalau dari zaman ke zaman, semakin banyak orang yang ingin menjadi penulis? Apa indikasinya? Kursus menulis bertebaran baik secara daring maupun luring. Ada yang menawarkan kursus menulis opini, caption untuk digital marketing atau copywriting, aneka karya fiksi, bahkan kursus menjadi ghost writer bisa kita jumpai.
Begitu pula dengan beragam tawaran menerbitkan buku secara indie, yakni penulis membiayai penerbitan bukunya sendiri. Dunia menulis kini semakin popular dan memikat semua kalangan. Nah, kalian yang membaca tulisan ini, sebagian besar pasti sudah terbiasa menulis atau saat ini sedang membiasakan diri menulis. Betul ngga?
Meskipun sudah amat banyak tulisan yang membahas tentang tips menjadi penulis, saya tetep ingin membagi tips bertema sama juga untuk teman – teman. Ini selain tips, juga pengingat abadi untuk saya yang masih belum terlalu fokus di dunia ini.
Sebesar apa keinginanmu menjadi penulis? Apa saja yang sudah kamu lakukan agar ada di jalur yang tepat? Semoga 5 Tips ini bisa menjadi masukan buatmu.
Lakukan 5 Hal Ini untuk Menjadi Penulis
1. Menulis setiap hari
Walaupun dalam sehari kita hanya menulis 1 – 2 paragraf, yang penting takada hari yang kita lewatkan tanpa menulis. Bagaimana dengan menulis caption di Instagram, misalnya? Itu pun takapa. Saya yakin jika passion kita menjadi penulis, pasti tulisan kita tidak akan berhenti di caption saja. Besok bisa saja 1 – 2 paragraf di caption itu kita kembangkan menjadi tulisan di blog; menjadi tulisan opini yang bisa kita kirimkan ke media lain, seperti mojok, IDN Times, detik.com, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Tempo, dsb.
2. Bacalah Karya – karya Terbaik
Penilaian terhadap kualitas karya memang subjektif. Karya bagus menurut saya bisa jadi berbeda dalam pandanganmu. Itu bukan masalah. Yang penting temukan buku yang menurutmu bagus dan kamu menyukainya. Selanjutnya lakukan perbandingan, coba ukur tulisanmu sudah sampai mana? Mendekati sekian persen atau masih ribuan kilo jauhnya?
3. Kenali potensimu
Tulisan apa yang paling sreg dengan dirimu? Apakah fiksi atau nonfiksi? Apakah tulisan motivasi atau perjalanan? Gali potensimu seluas mungkin. Mulailah dari mengamati lingkungan sekitar. Otak kita akan menyeleksi secara otomatis setiap peristiwa yang sesuai dengan minat kita terhadap suatu tema dalam kehidupan. Selanjutnya uraikan kembali semua hal yang sudah direkam otak kita pada tulisan. Itulah salah satu fungsi menulis setiap hari. Merekam ingatan secara permanen.
4. Ikutlah kelas atau workshop menulis
Investasikan passion menulismu melalui kelas atau workshop menulis. Banyak penulis sukses belajar menulis secara otodidak. Namun, takada salahnya kita mengikuti kelas menulis. Untuk apa? Selain mengasah keterampilan menulis hingga mahir, kita juga bisa mendapatkan feedback dari trainer atau mentor menulis kita. Kelas menulis berbayar pasti fasilitasnya tidak main – main. Selain materi menulis yang sistematis, hal penting lain yang bisa kita dapat dari kelas menulis adalah feedback berkualitas. Tentu saja kuncinya memilih kelas menulis dengan mentor berkualitas. Dari mana kita tahu mentor ini berkualitas? Cek potrtofolionya dan siapa penyelenggaranya.
5. Berani Gagal
Sekalipun penulis termasuk profesi yang langgeng karena tak mengenal usia, perjalanan menjadi penulis tidak mudah. Ketika kita memutuskan menjadi penulis, kita harus berani menerima beragam penolakan. Akan ada yang bilang tulisan kita jelek. Padahal bisa saja itu soal selera. Belum tentu secara objektif, tulisan kita memang jelek. Apalagi kalau kita ikut lomba. Kualitas tulisan kadangkala mengikuti subjektivitas juri.
Apa pun kendala yang kita hadapi, kita harus terus menulis. Tidak semua tulisan berhasil dengan sekali ‘tembak’, bisa jadi tulisan kita meleset dulu. Mungkin kita harus berkali – kali menembak sebelum akhirnya mencapai sasaran yang tepat.
---
Faktor utama untuk menjadi penulis bergantung pada latihan; pada kerja keras. Meskipun ia berbakat menulis, tanpa kerja keras ia tetap kesulitan menghasilkan tulisan berkualitas. Menjadi penulis berarti mengasah kepekaan kita pada lingkungan, pada kejujuran diri sendiri, dan konsisten untuk terus - menerus mencoba.
Selamat ‘bekerja keras’, teman - teman :)
Betul untuk meningkatkan skill menulis point no.5 berani gagal harus kita lalui ya mbak..contoh kalau ikut lomba blm pernah menang ya jng patah semangat coba lagi dan lagi hehe
ReplyDeleteMendefinisikan karya terbaik itu apakah karya populer yang selalu dibicarakan banyak orang? Yang diebut-sebut sebagai maha karya oleh kritikus? Atau kita dapat mendefinisikannya sendiri?
ReplyDeleteBener banget, untuk jadi penulis emang harus kerja keras. Nggak kalah sama profesi lain. Ini yang bikin aku dilema mbak, memilih menekuni menulis jadi penulis. Atau hukum, jadi pengacara. Sekarnag jalan dua2nya. Tapi masih dilema juga... Haduuhh
ReplyDeleteMenulis bagi saya adalah self healing. Menyalurkan jatah 20.000 kata setiap hari ya lewat menulis. Membaca adalah salah satu tips mengayakan isi tulisan. Makasih tipsnya buuu.
ReplyDeleteYa kak Sugi, bila kita mau menulis maka harus banyak membaca ya. Btw, banyak juga koleksi Nh Dini punya kakak ya..
ReplyDeleteSepertinya memang harus lebih sering latihan ya,, saya sendiri masih kesulitan dalam merangkai kalimat yang enak dibaca dan mudah di pahami. Terima kasih tipsnya semoga kedepannya saya bisa membuat tulisan yang lebih baik lagi
ReplyDeleteBerani gagal ini yang sulit mbak. Antologi pertama & keduaku menurutku sangat jelek, pun setelah terbit aku malu banget rasanya bersanding dengan penulis lainnya. Ini yang membuatku jadi minder asli
ReplyDeleteMasyaAllah bener bangettt inii.
ReplyDeleteDan seringkali takut gagal ini yang jadi batu sandungan. Karena penulis pun naskahnya ditolak berkali2 sebelum jadi best seller. Thanks for reminder mba
Dulu, sempet aku suka asal asalan ikut kelas nulis. Yang efeknya ga ada apa-apa soalnya materinya tuh khas google banget. Karena itu sekarang pemilih banget kalo ikutan workshop online. Kita emang kudu kenalan dulu sama calon mentornya ya, sebelum ikut kelas online
ReplyDeleteMembaca karya2 terbaik emang kudu ya Teh Sugi... soalnya bs mengukur kedekatan tulisan kita ama penulis buku yg disukai yaa
ReplyDelete"Menulis adalah bekerja untuk keabadian" menurutku memang benar adanya, lewat karya dalam bentuk tulisan next beberapa tahun yang akan datang tulisanku masih dapat dibaca oleh generasi selanjutnya.
ReplyDeleteApalagi biasanya aku share tulisanku berupa konten tentang food,healty, travelling atau sekedar keseharianku yang bisa menjadi referensi tuk lain nya saat ingin mencoba hal baru
Konsisten itu yang rasanya suliiiit banget untuk saya. Niat dan cita cita sih ada. Tapi sepertinya kemauan saya perlu diasah lagi nih. Jangan sampai menjadi penulis hanya jadi impian yang menggantung.
ReplyDeleteKeren bu, saya ingin sekali bisa menulis, saya masih dalam tahap belajar, belajar pun otodidak dan terkadang rasa malas pun datang menyergap
ReplyDeleteBetul sekali tipsnya, nomer 2 yang saya masih kurang. Membaca dapat menjadi bahan bakar menulis. Thanks kak
ReplyDeleteYa ampun takjub aku k, buku NH Dininya banyak banget, di soal sekolah sering banget itu ditanyain sampai aku penasaran ga nemu bukunya sampai sekarang yang "Pada Sebuah Kapal" ya klo ga salah. Betul menulis itu healing juga bagi sebagian orang yaa, bagiku harusnya semua orang kayanya bisa healing dengan menulis. Semangat hihi
ReplyDeletePenting ya kan kak untuk membiasakan kita menulis setiap hari biar kita lebih teratur menulis. Konsistensi kita juga diperlukan agar hasil tulisan kita mengalami peningkatan
ReplyDeletebener banget mba tipsya, setuju. apalagi yang berani gagal. dari gagal kita akhirnya bisa menjadi lebih baik ya. keren. makasih mba sharingnya.
ReplyDeleteMenjaga konsistensi menulis itu yang paling sulit. Karena banyak distraksi dengan kegiatan lain.
ReplyDeleteMenulis itu bukan kerja yang sebentar, karena kita harus konsisten. Kadang ada yang gak tahan pengen jadi penulis tapi gak mau sabar
ReplyDeleteNomor satu nih yang masuk belum sukses untuk dilakukan. Thanks Mbak sharingnya. Itu semua sangat penting ya buat penulis.
ReplyDeleteMakasih tipsnya. Saya poin 1 nih sedang usaha. Meski nyatanya masi setiap minggu 1 tulisan hehe
ReplyDeleteMakasih kak, aku masih harus terus belajar nih kak, biar bagus tulisannya dan berbobot sehingga bias naik kelas.
ReplyDeleteKata orang kalau mau pintar menulis, harus banyak membaca, nah saya sekarang ini justru merasa semakin sedikit membaca, mungkin itu juga yang membuat saya kesulitan menemukan bahan yang bagus atau meningkatkan kemampuan menulis saya. Terima kasih untuk sebuah "tamparan"-nya, Mbak
ReplyDeleteBicara soal potensi, dulu saya gemar menulis cerpen dan sering dimuat di koran, tapi sekarang malah jadi menulis blog. Potensi kepenulisan itu bisa berkembang ternyata ya Mbak
ReplyDeleteBerani gagal ini kayaknya perlu digaris bawahi deh. Kadang kita udah punya modal kuat untuk menjadi sesuatu seperti penulis misalnya, tapi kemudian nggak maju-maju karena karena nggak mau mencoba hal baru ( untuk upgrading)karena udah takut gagal sebelum memulai
ReplyDeleteHihi, saya geli dg ucapan "selamat bekerja keras" nya. Ember, emang benerr... Kelihatannya aja nulis itu gampil, behind the scene nya lumayan remvong juga ya
ReplyDeleteAda satu hal yang terputus saat ini dari lima tips diatas... yaitu membaca karya-karya terbaik atau paling enggak ya buku yang lumayan bagus. Dari sok sibuk dan bergaya gak ada waktu jadi alasan paling masuk akal.
ReplyDeleteberani gagal enggak hanya di bidang kepenulisan ya, Mbak
ReplyDeletesepertinya hampir setiap profesi jika ingin naik tingkat harus siap dengan berbagai kegagalan
aku sangat ingin sekali jadi penulis, tapi setiap aku nulis belum selesai suka bingung di tengah tulisan mau lanjutin bagai mana agar tulisanny bagus dan banyak yang baca. semoga setelah pake cara bisa aku terapkan ditulisanku selanjutnya
ReplyDeleteMenulis setiap hari memang efektif membuat ketrampilan terasah! Belajar pola kalimat, memperkaya diksi, dan berlatih menggali ide, semua bisa dengan mudah dilakukan bia konsisten menulis.
ReplyDelete