Sepenting apa kesehatan mental menurutmu? Apa yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan mental kita? Dari manakah kesehatan mental bermula? Benarkah religiusitas berpengaruh pada kesehatan mental?
kesehatan mental bermula dari pikiran |
Hasil swaperiksa Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia terhadap 4010 pengguna swaperiksa pada lima bulan pandemi Covid-19 di Indonesia adalah sebagai berikut.
- 64,8 persen pengguna mengalami masalah psikologis
- 65 persen mengalami cemas
- 62 persen mengalami depresi
- 75 persen mengalami trauma
Masalah psikologis terbanyak ditemukan pada kelompok usia 17-29 tahun dan usia lebih dari 60 tahun. Satu dari lima orang berpikir lebih baik mati ketimbang terus hidup dalam kondisi tidak menentu. Sebanyak 15 persen pengguna setiap hari memikirkan lebih baik mati dan 20 persen memikirkan itu beberapa hari dalam seminggu. (sumber: Harian Kompas, 11 Oktober 20210
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi depresi menjadi penyakit dengan jumlah terbanyak yang dialami publik pada 2030. Depresi perlu menjadi perhatian serius karena beban yang diakibatkan bisa lebih besar dari penyakit lain, seperti penyakit paru kronis, gangguan jantung iskemik, diabetes dan stroke.
Dua kondisi kesehatan mental paling umum, yakni depresi dan kecemasan menggerogoti ekonomi global. sebesar 1 triliun dolla AS per tahun.
Terkait dengan kepedulian terhadap menjaga kesehatan mental, pada 6 Oktober 2021 silam, saya bersama teman-teman blogger mengikuti acara Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Perhelatan yang digelar secara daring ini mengambil tema "Mental Health in an Unequal World : Kesetaraan dalam Kesehatan JIwa untuk Semua."
Narasumber yang hadir pada acara tersebut adalah dr. Celestinus Eigya
Munthe.Sp.KJ.MARS (Direktur P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza), Dr. Satti Raja
Sitanggang, Sp.KJ - PDSKJI, Dr.
Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., Psikolog - Ketua Umum PP Ikatan
Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia), Bagus Utomo - Ketua Komunitas
Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), dan Romanus Ndau - Komisi Informasi Publik (KIP) RI.
Dari semua pemaparan narasumber, saya menyimpulkannya dalam tulisan ini. Simpulannya adalah mendesaknya penanganan menjaga kesehatan mental setiap individu sebagai manusia dan warga negara.
3 Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Jiwa
Bagaimana kesehatan mental dalam jiwa kita memengaruhi kehidupan kita? Kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan sepanjang kehidupan. Sehat jiwanya berarti sehat secara fisik, mental, spiritual, dan sosial.
Sehat yang komprehensif dan holistik ini membuat seseorang bisa menjalani hidupnya secara mandiri dan produktif serta mampu berkontribusi pada lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil berbagai penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, Dr. Satti Raja Sitanggang, SP.KJ memaparkan tiga faktor yang memengaruhi kesehatan jiwa. Ketiga faktor tersebut bisa kita lihat dalam infografis berikut
a. Faktor Biologis
Kondisi ibu saat mengandung termasuk dalam faktor biologis yang memengaruhi kesehatan jiwa janinnya. Faktor biologis itu di antaranya infeksi selama kehamilan, kelahiran prematur, komplikasi pasca melahirkan, malnutrisi, dan terpapar obat-obatan.
Faktor biologis lain adalah narkoba, cidera, penyakit fisik, genetik, olahraga, diet, dan sebagainya. Selain kondisi ibu hamil, faktor biologis yang lain bisa berpengaruh secara positif atau negatif pada kesehatan jiwa seseorang.
Mengapa genetik termasuk dalam faktor biologis yang memengaruhi kesehatan jiwa? Karena keluarga yang mempunyai rekam jejak sakit jiwa bisa berpengaruh secara tidak langsung pada anggota keluarga lain.
Kondisi ini serupa dengan yang disampaikan Jung tentang "Until you make the unconscious conscious, it will direct your life.."
Kita bisa saja menganggap hal-hal yang dilakukan melampaui kesadaran yang benar karena hal tersebut sudah melekat dalam keseharian. Akhirnya yang menyimpang itu dianggap sebagai suatu kewajaran. Di situlah penyimpangan mulai menjadi bagian dari keseharian kita.
b. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang memengaruhi kesehatan jiwa biasanya berhubungan dengan faktor internal dalam diri setiap orang.
Faktor psikologis tersebut di antaranya adalah nilai-nilai yang diyakini benar hingga membentuk kepribadian seseorang. Kemampuan menyelesaikan masalah, resiliensi menjalani onak duri kehidupan. Perasaan atau emosi saat berhadapan dengan konflik. Bias kognitif atau sesat pikir dan kecerdasan intelektual atau IQ.
c. Faktor Sosial
Pola asuh keluarga merupakan salah satu faktor sosial yang memengaruhi kesehatan jiwa. Pola asuh keluarga biasanya membentuk cara seseorang bergaul di masyarakat, termasuk di dalamnya berelasi dengan banyak orang.
Kondisi ekonomi dan latar belakang pendidikan juga berpengaruh. Media yang dibaca atau digunakan untuk berinteraksi. Pekerjaan juga termasuk dalam faktor sosial yang memengaruhi kesehatan jiwa. Apalagi kalau ia bekerja di tempat yang tidak disukai dengan beban kerja berat, tapi tak berdaya karena harus menghidupi keluarga.
Dari banyak contoh di atas, trauma menempati posisi teratas dalam memengaruhi kesehatan jiwa. KDRT, diskriminasi, bencana, perang, trafficking, dan perundungan bisa membuat seseorang menjadi sangat tertutup atau malah sebaliknya.
5 Tips Menjaga Kesehatan Mental
Setelah tahu faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan mental, kita juga wajib paham cara menjaga kesehatan mental kita. Ketiga faktor tersebut menjadi gambaran penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan mental.
Penting banget buat kita tahu cara menjaga kesehatan mental. Tujuannya tentu saja supaya terhindar dari depresi atau stress berat berkepanjangan. Berikut ini 5 tips menjaga kesehatan mental yang bisa kita lakukan dalam keseharian.
1. Bicarakan perasaanmu atau kondisimu kepada orang-orang tepercaya
Di sinilah pentingnya sahabat, saudara, orangtua, pasangan hidup, atau bahkan binatang peliharaan hingga tanaman kesayangan.
Berbicara bisa menjadi salah satu cara melegakan perasaan atau pikiran yang mengganjal. Saat membicarakan perasaan, seringkali kita hanya ingin didengarkan. Karenanya, berbagilah dengan mereka yang sangat tepercaya. Yang benar-benar peduli bukan penasaran apalagi ingin menyudutkan.
Binatang peliharaan atau tanaman kesayangan sebenarnya bisa menjadi kawan setia yang merespons cerita kita dengan cara mereka. Banyak orang yang sudah melakukan cara ini. Dan itu efektif. :)
2. Tetap Aktif
Para ahli percaya dengan beraktivitas rutin, seperti olahraga, jalan-jalan di taman, berkebun, atau mengerjakan pekerjaan rumah bisa memproduksi hormon serotonin yang membuat kita merasa lebih baik.
Saya sudah membuktikannya. Saat pikiran sedang ruwet, hati galau tak tentu, bersepeda atau yoga bisa membuat hati dan pikiran saya rileks.
Akan jauh lebih efektif apabila kita berolahraga secara teratur. Keteraturan tersebut mengembangkan self esteem, membantu kita berkonsentrasi, dan kualitas tidur menjadi lebih baik.
Para ahli menyarankan agar kita beraktivitas fisik secara rutin tiga puluh menit minimal dalam lima hari setiap minggunya.
Awal2 pandemic itu berasa bangetttt bikin stress akut. Aku sampe resign dari pekerjaan, Krn terlalu kepikiran membawa virus masuk ke rumah dari kantor. Apalagi mama menjggal Krn COVID. Ditambah ga bisa traveling samasekali, dan banyaaaak bgt trip ku yg terpaksa cancel.
ReplyDeleteTapi akhirnya bisa cope Ama semua masalah, sejak aku lebih aktif workout, jogging, yoga, dan membaca lebih banyak buku. Cara yg kedua, tetep aktif, itu bener2 ngaruh banget utk bikin stress reda :). Intinya memang cari kesibukan baru, supaya pikiran kita ga trus2an mikir ttg hal jelek