image macrovectors by freepik |
Perbankan digital merupakan produk dan atau layanan perbankan berbasis internet. Tulisan ini akan mengulas mengenai layanan perbankan digital yang ada di BRI.
Sejak Covid-19 melanda, masyarakat dipaksa akrab dengan digitalisasi alias serba online. Transformasi digital pun merambah ke semua industri, termasuk industri perbankan.
Akhirnya, untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi preferensi pengalaman online nasabah , BRI pun tidak mau ketinggalan menawarkan value proposition.
Pesatnya layanan digitalisasi perbankan mendorong para pendatang baru di industri ini pun terus bermunculan. Termasuk para pejuang UMKM. Menyadari hal ini, layanan perbankan yang telah eksis berupaya mengidentifikasi pain points sekaligus mempercepat tempo inovasi. Transisi menuju digital banking menjadi bukti bahwa layanan perbankan harus terus beradaptasi.
Di Indonesia, pasar perbankan digital semakin menampakkan potensinya, terutama dengan meledaknya generasi digital native. Riset dari Accenture melaporkan bahwa saat ini, Indonesia memiliki 202,6 juta pengguna internet dengan penetrasi smartphone mencapai 98,2%, membuktikan bahwa adopsi layanan digital terus meningkat secara signifikan dan menjadi peluang bagi tumbuh pesatnya perbankan digital.
Digitalisasi BRI dari Hulu ke Hilir
Mari kita kulik sejenak mengenai apa itu perbankan digital. Menurut Forbes, perbankan digital atau digital banking adalah produk dan/atau layanan perbankan berbasis internet yang sepenuhnya digital dan dapat diakses nasabah di mana pun dan kapan pun.
Dari sisi nasabah, kini mereka lebih menyadari betapa pentingnya pengelolaan keuangan hingga mengharapkan lebih banyak produk dan layanan digital dengan pendekatan yang dipersonalisasi. Maka, kebutuhan akan perbankan digital pun menjadi semakin relevan.
Perbankan digital memanfaatkan berbagai inovasi teknologi di era Revolusi Industri 4.0, seperti Internet of Things (IoT), Cloud Computing, Artificial Intelligence (AI), hingga Machine Learning. Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2021 menyebutkan, ada empat aspek yang mendorong perubahan lanskap perbankan masa depan Indonesia.
Sebagai bank yang telah eksis selama 127 tahun, BRI kini sedang bertransformasi ke arah digital. BRI menerapkan konsep hybrid bank, yakni bank yang menyediakan layanan konvensional dan digital secara bersamaan.
Konsep
ini membantu BRI dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis dan
penatakelolaan jaringan kerja yang memadukan digitalisasi, jaringan, serta
layanan financial advisor. Dengan lebih dari 8.700 kantor cabang,
22.000 e-channel, 500.000 agen BRILink, dan 37.000 mantri di
seluruh Indonesia, BRI telah terbukti memiliki physical presence yang
kuat dibanding kompetitor.
Maka,
kombinasinya dengan transformasi digital akan meningkatkan digital
capabilities BRI. Model bisnis hybrid bank secara
praktis juga dapat menangkap potensi likuiditas, peluang bisnis, hingga
penetrasi ke segmen bisnis yang belum tersentuh.
Sejak
aktif melakukan transformasi digital pada 2017, BRI telah menghasilkan berbagai
layanan dan produk digital untuk menjawab kebutuhan nasabah. Tiga di antaranya
adalah BRIAPI, Ceria, dan BRImo.
BRI
Application Programming Interface atau BRIAPI adalah
layanan open banking milik BRI yang dikembangkan untuk
menyederhanakan dan mempercepat proses integrasi produk dan layanan BRI dengan
berbagai aplikasi front-end pihak ketiga. Tujuannya adalah
untuk membuka gerbang kolaborasi dan mendukung pembangunan ekonomi digital
Indonesia.
Produk Digitalisasi BRI
1. BRIAPI
Sepanjang 2021, BRIAPI sukses mencatatkan triple digit growth dengan sales
volume mencapai Rp174,5 triliun, atau bertumbuh 305,8% dibandingkan
tahun sebelumnya. Kini, BRIAPI pun telah menjangkau lebih dari 386 perusahaan
mitra di seluruh Indonesia, baik perusahaan digital seperti e-commerce,
fintech, ride hailing, API enabler, hingga perusahaan non-digital seperti
universitas dan lembaga pemerintahan.
2. Ceria
Selain
BRIAPI, BRI juga mengeluarkan digital lending platform atau
aplikasi pinjaman digital untuk pembiayaan di e-commerce, yang
dinamakan Ceria. Ceria
memiliki limit pinjaman hingga Rp20 juta dengan tenor maksimal 12 bulan.
Proses
peminjaman lewat aplikasi Ceria hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
Kini, Ceria juga telah mengakomodasi kebiasaan generasi milenial, yakni buy
now pay later, sebagai salah satu moda pembayaran digital.