Showing posts with label IM3 Ooredoo. Show all posts

Hidup Simple Apa Adanya

Apa enaknya hidup mengada – ada? Paling aman dan nyaman ya jalani hidup apa adanya. Tanpa syarat ketentuan yang membebani. Tanpa beban dan tanpa kekhawatiran kehilangan komunitas karena pertemanan yang dilekati embel – embel materi atau popularitas.

Apa menariknya hidup mengada – ada? Hidup yang membuat kita kehilangan jati diri. Biasanya perilaku semacam ini berusaha membangun citra ‘wah’ di mata orang lain. Stok topengnya banyak dan kalau ketahuan, orang akan teriak,”Buka dulu topengmu!” Abis itu ada yang melanjutkan, ”Biar kulihat wajahmu. Buka dulu topengmu..du..du..du..”

Hidup apa adanya bagi saya adalah hidup yang simple. Semuanya berjalan sesuai visi hidup yang sudah kita miliki. Takperlu terlalu peduli apa kata orang, takperlu takut penilaian orang. Kuncinya tentu saja perliaku kita ada di jalan yang benar; tidak menyimpang dari nilai dan norma. 

hidup simple apa adanya
Tampil apa adanya

Meskipun sekarang standardisasi nilai dan norma banyak mengalami pergeseran, ada hati yang bisa menjadi tolok ukur benarkah jalan kita? Luruskan jalan yang kita pilih?

Hidup Simple Apa Adanya

Bagi saya, hidup simple apa adanya memberi kedamaian dan ketenangan bagi siapapun yang menjalaninya. Gaya hidup simple mungkin sekilas bisa disamakan dengan gaya hidup minimalis. Namun, tidak selalu ukurannya minimalis atau maksimalis. Parameternya lebih pada kenyamanan menjalani hidup.

  • Hidup simple dalam pergaulan

Kita bisa ambil contoh dalam pergaulan. Disadari atau tidak, agar diterima dengan baik dalam pergaulan yang diinginkan, sebagian orang berusaha menjadi seperti yang diinginkan komunitas pilihannya.

Pernahkah kamu memilih melakukan sesuatu karena orang lain melakukannya? Kalau ini, ada dua pencetus : bisa karena memang senang mengikuti tren, bisa juga membutuhkan pengakuan dari orang lain. Contoh terbaru adalah kopi kekinian Dalgona. 

Foam hasil kocokan kopi tanpa ampas, gula, dan air hangat yang disajikan bersama susu segar dan es batu itu mewarna beranda media sosial. Ada yang mengaguminya, ada pula yang menyebutnya latah. Ada yang bilang ia taksuka kopi dan takpeduli, ada yang bilang ia suka kopi, tapi malas repot, ada juga yang nyinyir taksuka.

Arinah menyukai kopi, tapi taksuka susu. Namun, Arinah suka tantangan. Kebetulan kakak dan ayahnya menyukai kopi susu. Selain itu, meracik campuran kopi, gula, dan air hangat menjadi foam adalah tantangan tersendiri bagi Arinah. Ia pun mencoba membuat dalgona. Siapa yang minum dalgonanya? Kakak dan ayahnya. 

Sementara Lidya taksuka kopi, tapi suka susu. Ia melihat banyak orang memamerkan dalgona buatan mereka di media sosial. Takmau disebut ketinggalan tren, Lidya pun bersusah payah membuat dalgona. Dalgona jadi. Siapa yang meminumnya? Takada karena orang - orang di rumahnya juga tidak suka kopi. Bagi Lydia itu tidak penting. Yang penting ia tidak ketinggalan tren.

  • Hidup simple dalam memilih hobi

Contoh yang lebih spesifik adalah pilihan hobi. Kamu adalah hobimu. Itu ungkapan yang sama seperti kamu adalah yang kamu makan; kamu adalah buku yang kamu baca, kamu ada pakaian yang kamu pilih, kamu adalah music yang kamu dengarkan, kamu adalah film yang kamu tonton, dan sebagainya. Memilih suatu aktivitas sebagai hobi menjadi privilege setiap orang. Namun praktiknya tidak selalu demikian. Di masyarakat kita, hobi, makanan, film, musik, bacaan, dan pakaian yang dipilih bisa menggambarkan status sosial seseorang. 




  • Sikapi Tren dengan Apa Adanya

Cara kita menyikapi tren yang datang silih berganti sebenarnya mencerminkan seperti apa cara kita menjalani hidup. Apakah kita tipe si rumit atau si simple?

Ketika kita merasa minder karena tidak mengikuti tren, di titik itu kita sudah membuat hidup kita tidak lagi simple, tidak apa adanya. Saat kita memaksakan diri mengikuti tren padahal tidak sesuai dengan style kita, di titik itu kita terikat banyak syarat dan ketentuan yang dibuat orang lain untuk diri kita.

Kondisi tersebut serupa dengan mereka yang terlalu mendengarkan komentar orang lain. Agar mendapat pengakuan orang lain, mereka berusaha menyesuaikan diri dengan pandangan – pandangan orang lain tentang konsep yang benar dan salah; yang baik dan buruk. Semakin lama terjebak pada kondisi semacam itu niscaya membuat hidup yang kita jalani terasa sesak. Ia kehilangan dirinya sendiri. Ia membebani dirinya sendiri.

Ketika kita terlalu mendengarkan maunya orang lain, hidup kita penuh dengan syarat dan ketentuan. Musti begini, musti begitu. Jangan begini, jangan begitu. Kamu yang baca tulisan ini dan sedang ada di posisis demikian, di alam bawah sadarnya pasti merasa amat sesak napas. Bener nggak?

---

Hidup yang bahagia menurut saya adalah hidup yang apa adanya. Hidup yang sesuai dengan kemampuan, tidak berlebihan, tidak ada yang ditutup – tutupi. Pun ketika saya memilih operator internet. Saya memilih Freedom Internet dari IM3 Ooredoo yang simple dan bebas syarat ketentuan. Hidup hanya sebentar, jangan dibikin ribet. Salam ^^