Showing posts with label Industri 4.0.. Show all posts

Dinamika Pergaulan di Media Sosial. Bagaimana Kita Menyikapinya?

Akhir pekan lalu, perwakilan netizen Kota Bandung dan sekitarnya berdiskusi dengan MPR RI. Tema pembahasan diskusi itu adalah The Power of Bhinneka Tunggal Ika

Keragaman terjadi di seluruh belahan bumi, tak hanya Indonesia. Keragaman di negeri ini tampak sangat menonjol karena Indonesia ada berkat kerelaan berbagai suku bersatu secara politis menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Netizen Bandung Ngobrol bareng MPR RI
dok.Parmadi

Baiklah, itu sekadar pengantar dalam gambaran yang lebih luas. Dalam diskusi bersama MPR RI, semua peserta menyetujui pentingnya bijak bermedia sosial.

Semua peserta menggaungkan pesan-pesan seputar pentingnya kita merayakan perbedaan; mengakui keragaman. Apa pun yang tidak sama harus dimaklumi. Sampai di situ, bagaimana pendapat kalian?

Dinamika Pergaulan di Media Sosial

Media sosial kini seringkali menjadi perantara penyampai pesan bahkan ketika pesan itu tak tersampaikan secara verbal kepada orang-orang yang dituju.

Adakalanya pesan yang disampaikan untuk si A ternyata malah menimbulkan hard feeling bagi C, D, atau yang lain. Konflik pun bergulir. Ada yang membesar bak bola salju. Namun, tak sedikit yang bisa mengendalikan diri.  Kesalahpahaman selesai dengan damai atau dalam diam.

Saya pernah banget mengalami ini. Suatu ketika tweet yang saya tujukan pada seorang kawan lama yang lama tak jumpa ternyata oleh orang lain dianggap ditujukan pada sosok yang berbeda. Kebetulan waktu itu pokok bahasannya kok ya persis sama : tentang hijab.

Saya sempat kaget dan merasa sangat tidak enak. Padahal kawan lama saya yang membaca tweet itu santai saja. Begitulah … Pesan-pesan tanpa nama seringkali bikin baper orang yang merasa. Sekalipun ia merasa pesan itu untuk temannya.  Mbulet ya? Hehehe..

Intinya efek domino dari pesan tanpa nama yang bikin baper alamat lain membuat saya gusar pada dia yang salah paham. Dia yang tak peduli bahwa pesan itu bukan untuk temannya. Dia yang kemudian mengekspresikannya dengan cara menyindir di dunia nyata. “Mau pakai hijab atau tidak, itu urusan personal. Kita harus tetap merayakan perbedaan.”

Ah, saya jadi curhat deh..Anyway, peristiwa itu membuat saya merenungkan banyak hal. Ketika saya berusaha bijak bermedia sosial, saya malah tergelincir. 

Yup, tergelincir karena saya sudah nyinyir. Meskipun tokoh utama dalam tweet saya santai saja, tapi pesan tanpa nama itu menimbulkan dugaan pada orang lain. Dan yah, bisa jadi dugaan tersebut membuat tidak enak hati, tersinggung, merasa dicampuri kehidupannya, dan lain sebagainya.

5 Cara Menyikapi Dinamika Pergaulan di Media Sosial

Pengalaman tergelincir itu membuat saya kembali belajar tentang dinamika pergaulan di media sosial. 

Orang bilang rekam jejak digital tak bisa dihapus, baik fisik maupun kesan yang tertinggal pada mereka yang merasa sebagai korban.

Namun, kadangkala maksudnya begini dianggap begitu selalu terjadi dalam pergaulan di media sosial. Maksudnya mau berbagi informasi tentang tempat-tempat seru yang asyik, dianggap pamer. 

Maksudnya ingin bersimpati, dikira menghina. Maksudnya bercanda, dianggap nyinyir ngga sopan. Apalagi kalo sudah menyangkut bab spiritualitas, mending komen dalam hati saja. Begitulah..

Supaya bisa tetap hepi bergaul di media sosial, lima cara ini bisa kamu jadikan bahan pertimbangan. Mungkin ada salah satu atau semuanya sudah kamu terapkan :)

1. Pikir dulu sebelum posting
Selama ini saya sudah menerapkan metode ini. Kok ya, tergelincir juga. Begitulah manusia, tak sempurna. Pikirkan masak-masak, postingan ini apakah bermanfaat? Postingan ini apakah menyinggung orang lain meskipun maksud hati kita tidak demikian. 

Bahasa tulis pada umumnya memang multitafsir apalagi jika tanpa nama dan alamat jelas. Jadi, pelajaran buat saya juga nih. Usahakan sespesifik mungkin jika bermaksud mengirim pesan untuk seseorang lewat tweet atau di media sosial lain. Tujuannya tentu saja untuk menghindari hard feeling dari pihak lain di luar lingkaran. 

2. Segera luruskan
Oh, ternyata ada yang keliru menafsirkan tulisanmu. Segera luruskan pada dia atau mereka yang terkait. Luruskan kekeliruan semampumu. Jejak digital memang tak bisa dihapus, tapi setidaknya kamu sudah berupaya memperbaiki kesalahan. 

3.Halau si baper
Biasanya kalau sudah tersandung masalah seputar postingan di medsos, hati jadi galau. Bisa juga malah jadi gusar, geram, gelisah, rusuh, dan emosi negatif sejenis. 

Setelah meluruskan kekeliruan, tutup kasus, fokus ke hal-hal yang ada di depan. Tidak menutup kemungkinan ada yang masih mempersoalkan. Ya sudah, terima saja. Itu konsekuensi dari langkah yang tergelincir. Makanya lain kali pikir dulu sebelum posting.

4. Medsos bukan media ekspresi emosi
Ini perlu banget dicatat. Media sosial sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk mengekspresikan emosi kita. 

Saat hatimu sedang amat bahagia, berjaraklah sementara waktu. Bisa jadi kebahagiaan yang kamu bagikan di media sosial dibaca sebagian orang yang sedang merana luar biasa. 

Hasilnya serupa dua sisi mata uang. Mereka bisa terinspirasi lalu kembali semangat. Namun, mereka bisa saja merasa makin merana karena menganggap kamu sedang pamer. 

Begitu pula saat hati kita sedang sedih luar biasa. Menyepilah sementara. Jangan biarkan dunia membaca sumpah serapahmu atau ratapan pedih hatimu. 

Mengapa? Ungkapan simpati mungkin akan mengalir menghangatkan hati. Komentar-komentar penasaran tak berperikemanusiaan pun bisa muncul sama banyaknya. Bagaimana hatimu? Silakan membayangkannya sendiri.

5. Cek dan ricek sebelum berbagi info
Ini erat sekali kaitannya dengan hoax. Pastikan kamu tidak asal copas lalu share begitu saja. Cek dulu sumber infonya. Kalau cuma 'dapet dari grup sebelah', skip aja. :D

---
Kebhinekaan masyarakat kita tentu mengidealkan kita bijak dalam bermedia sosial.  Sekuat tenaga mari terus berupaya mengendalikan diri dalam dinamika pergaulan media sosial. 

Sejatinya orang bijak adalah mereka yang senantiasa mampu mengendalikan dirinya. Salam :)





Road Map Saya di Tahun 2021

road map tahun 2021
dok. Pixabay.com

Sepenting apa road map atau peta perjalanan dalam kehidupan kita? Menurut saya, road map amat penting. Ia semacam garis besar gambaran yang menjadi petunjuk mau ngapain dan akan ke mana di hari ini dan hari-hari mendatang.

Akhir tahun menjadi waktu yang paling pas untuk memetakan ulang road map kehidupan. Selain itu, mengevaluasi kembali perjalanan yang sudah dilakukan ratusan hari sebelumnya. 

Ini menjadi sesi yang menyenangkan sekaligus mencubit kesadaran saya. Mengapa? Karena banyak kesalahan juga kekeliruan akibat kemalasan yang saya lakukan kemarin-kemarin. Konsekuensinya tentu menggagalkan banyak rencana dan impian akibat kebanyakan mager alias malas gerak.

Tahun 2021 ini, saya bertekad meminimalisasi kebiasaan mager tersebut. Pelan tapi pasti, harus dibuang juga sih. Akan tetapi, mengingat mager juga manusiawi, saya kira tak apa lah sesekali mager. Dengan syarat, setelah semua agenda prioritas tuntas dikerjakan. 

Mager saya biasanya terjebak di ponsel. Awalnya merespons pesan-pesan pekerjaan lalu menyelesaikan tugas blog dan medsos. Nah, jebakan mulai muncul ketika sudah chit-chat dengan teman-teman dilanjutkan baca-baca postingan yang sebenernya ngga terlalu urgent. Tau-tau sudah dua jam lebih. Kesadaran yang tidak berdaya ketika sadar ini jebakan, tapi tetep dikerjakan. 

Belajar dari kesalahan mager yang terlalu banyak, saya pun melakukan SWOT personal. Saya mengukur Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats. SWOT analisis ini saya lakukan untuk mengukur peluang saya di tahun 2021.  SWOT dengan pisau analisis karakter saya, kemampuan yang saya punya, pengalaman yang ada, dan peluang pekerjaan yang bisa saya lakukan. 

Becermin dari serangan Covid 19 pada tahun 2020 yang baru saja kita tinggalkan, banyak sekali hikmah yang saya dapat dari masa pandemi. Saya yakin setiap orang di dunia ini punya kesan dan hikmah berbeda-beda dari kehidupan yang dijalani semasa Covid 19 meluluhlantakkan kebiasaan dan kenyamanan manusia di bumi ini.

Satu hal yang saya catat di dalam hati dari pandemi adalah kita harus punya soft skill yang tidak terpengaruh kondisi apa pun. Apa itu? Dari pengalaman pribadi dan berbagai informasi yang saya akses di beragam sumber, saya menyimpulkan kemampuan digital marketing bisa menjadi jawabannya.

Mengapa digital marketing? Ini tentu berhubungan dengan gelombang industri 4.0 yang sekarang menjadi bagian kehidupan kita. Internet of things, artificial intelligence, dan big data sebagai panglima era ini. Dan kita, tentu tak bisa hanya menonton belaka. Ini yang menjadi dasar saya menentukan road map di tahun 2021.

Apa yang bisa saya lakukan berdasarkan tiga hal penting dari industri 4.0? Meskipun banyak orang bilang tahun 2021 ini akan menjadi tahun dimulainya society 5.0, saya kira kondisi itu masih butuh waktu. Sekarang saya fokus dan terus menggali peluang dari tiga unsur industry 4.0. 

Sebagai pegiat literasi digital, sebagai blogger, dan micro influencer, saya mulai berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk memperluas jangkauan? Tentu saya tidak bisa tetap ada di posisi pekerja. Setelah tiga tahun beraktivitas di dunia digital sebagai pekerja, saya merasa ini waktunya saya menjadi konseptor atau bekerja di balik layar. 

Road Map Saya di 2021

Dari beragam peristiwa yang saya alami dan lihat juga baca, saya mengamati dan memahami pergerakan ekonomi, budaya, sosial, dan politik masyarakat. Apa yang bisa dilakukan di kondisi ini? Apa yang harus dipahami agar tidak terseret badai dan luluh lantak? Jawabannya adalah beradaptasi.

1. Fokus belajar marketing analisis

Hasil pengamatan dan perenungan kemudian membuat saya memutuskan untuk fokus belajar marketing analisis. Mengapa marketing analisis? Jawabannya simple saja : setiap sisi kehidupan manusia sebenarnya tidak bisa lepas dari aspek pemasaran. Apa pun, bahkan ketika kita bicara tentang agama dan keyakinan. 


Marketing analisis
dok.articles.bplans.com


Pemasaran berhubungan dengan branding. Ini yang menjadi isu seksi di masyarakat kita. Branding perusahaan, branding produk, bahkan personal branding. Semua lekat dengan pemasaran. Agar tepat sasaran, analisisnya harus tokcer. 

Belajarnya di mana? Sama siapa? Nah, saya masih mencari tempat dan guru yang tepat. Sejauh ini, saya masih belajar dari masternya marketing : Hermawan Kertajaya dan Philip Kottler. Pemikiran duo pakar maketing ini selalu up to date dan menjadi rujukan banyak perusahaan. Saya berharap bisa belajar lebih banyak dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan saya sekarang.

Hal lain yang membuat saya memutuskan belajar marketing analisis adalah dua pekerjaan baru yang saya terima di akhir tahun 2020. Dua pekerjaan ini menuntut saya untuk lebih kreatif menyusun strategi branding. Di dalam branding itu, saya harus memahami pasar. Tujuannya tentu saja agar bisa menjangkau lebih banyak kalangan untuk mengenal produk yang saya promosikan. Marketing analisis adalah jawaban untuk memperkuat strategi.

2. Trading

Sebenarnya saya sudah tertarik dengan dunia ini sejak lima tahun lalu. Namun, keterbatasan pengetahuan dan kolega yang berkecimpung di dunia ini, membuat saya menyimpan ketertarikan jauh di dalam hati.

 

Trading
dok. Pixabay.com

Yah, meskipun saya sudah membaca buku-bukunya Ellen May, tetep aja sebatas pemahaman teori. Saya belum berani terjun langsung ke dunia yang katanya penuh spekulasi ini.

Adalah suatu hari di pertengahan November tahun lalu. Seorang teman SMP mengomentari postingan Instagram story saya. 

Waktu itu saya memosting grafik pasar saham yang menurut saya menarik. Dia bertanya apakah saya trading juga? 

Pertanyaan itu membuka obrolan panjang dan berujung pada tawaran untuk menjadi partnernya di perusahaan trading yang sedang ia rintis.

Tentu saja saya tidak berpartner menjadi trader, tetapi menjadi ghost writer untuk buku yang sedang ditulisnya. Ini semacam sambil menyelam minum air bagi saya. 

Saya bisa belajar sekaligus praktik dari pengalamannya di dunia trading, baik sebagai praktisi maupun mentor bagi murid-muridnya. 

Saya pun ikut belajar juga tentang teknikal analisis trading forex dan gold. Saya mulai memahami sedikit demi sedikit dan tergerak untuk terjun juga. Modalnya masih dikit aja dulu sebagai newbie. 

Trading bisa menjadi salah satu jalan bebas finansial di masa tua selama saya melakukannya dengan strategi yang benar.

3. Menulis

Meskipun saya menempatkan 'menulis' di bagian akhir, bukan berarti ia mendapat sisa-sisa perhatian. Menulis tetap menjadi passion saya. Karena menulis pula, saya masuk dunia digital marketing yang membawa saya pada begitu banyak pengalaman baru.


Menulis blog
dok.pribadi

Saya tetap menulis blog dengan kembali fokus pada Google adsense. Saya melihat ini bisa menjadi jalan lain kebebasan finansial di masa depan. Menulis buku dan belajar UX Writer agar lebih beradaptasi dengan perubahan zaman.

Bagaimana dengan pengembangan diri saya sebagai individu, istri, ibu, dan anggota masyarakat? Itu akan saya tulis di edisi selanjutnya. Yang pasti dunia terus bergerak. Ia bergerak dari tradisional ke digital. Angka 4.0 akan maju menjadi 5.0, dan seterusnya. 

Kita tak boleh berhenti belajar, berstrategi, beradaptasi, dan tentu saja terus berkolaborasi. Semoga Tuhan merestui rencana-rencana dan memudahkan perjalanannya. Salam.

Wisuda XIV STT Bandung, Majulah Generasi Muda Indonesia

https://siswiyantisugi.com

Prosesi wisuda selalu menjadi momen mengharukan bagi para wisudawan. Menjalani satu per satu urutan acara seraya mengingat perjalanan saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus tercinta. Pasti ada air mata haru menetes meski segera disusut tisu. Saat tali topi wisuda dipindahkan, galau dan opitimis berbaur memenuhi relung hati para wisudawan. 

Wisuda XIV STT Bandung

Raut wajah – wajah haru itu kembali saya lihat saat menghadiri prosesi Wisuda XIV STT Bandung hari Sabtu, 11 Januari 2020. Acara ini digelar di Harris Hotel & Convention Festival Citylink, Bandung. 

Pada kesempatan penuh kebahagiaan itu, STT Bandung mewisuda 209 orang. Ada tiga program studi di STT Bandung, yaitu Teknik Industri, Teknik Informatika, dan Desain Komunikasi Visual. Wisudawan terbanyak berasal dari program studi Teknik Industri, 113 orang. Program studi Teknik Informatika sebanyak 70 orang dan Desain Komunikasi Visual 26 orang. 

Dalam sambutannya, Ketua STT Bandung, Muchammad Naseer, S. Kom., M.T., menyampaikan kebanggaannya terhadap pencapaian lembaga ini.” Respon positif pemerintah terhadap pencapaian STT Bandung salah s atunyaadalah perubahan STT Bandung menjadi perguruan tinggi kluster madya. Sebelumnya, STT Bandung berada pada kluster binaan”, jelas beliau. 

Bagi STT Bandung, kenaikan kluster dan pencapaian ini merupakan wujud apresiasi pemerintah terhadap kinerja penelitian para dosen dan mahasiswa pada 2016 – 2018. Hal tersebut membuktikan dari tahun ke tahun STT Bandung bekerja keras memberikan yang terbaik bagi semua pihak 

Pada kesempatan itu pula, Ketua STT Bandung menyampaikan dalam waktu dekat kampus ini akan membuka program studi baru, yaitu bisnis digital. Ini program studi yang sangat tepat menjawab kebutuhan pasar di era 4.0. 

Wisudawan Terbaik Kebanggaan STT Bandung

Berhasil meraih gelar sarjana pasti membanggakan dan melegakan. Apalagi jika masuk jajaran wisudawan terbaik atau skripsinya diakui sempurna, kebanggaannya berlipat - lipat.

Hal yang selalu menarik perhatian saya pada setiap perhelatan wisuda STT Bandung adalah pengumuman wisudawan terbaik dan skripsi terbaik. Malah tahun ini ada nominasinya juga. 

Setelah membaca judul - judul skripsi yang menjadi skripsi terbaik, saya penasaran ingin membaca isinya. Topik bahasannya sangat kekinian dan inovatif.

penyerahan penghargaan
kepada wisudawan berprestasi


Salut untuk staf pengajar dan tata usaha STT Bandung. Mereka yang bersungguh - sungguh menelaah karya lalu mengapresiasinya dalam bentuk penghargaan terbuka. 

Wisudawan Terbaik 

  • Prodi Teknik Industri  : Dheyu Laksmi Wulandari, S.T.
  • Prodi Teknik Informatika : Muhammad Rizal Mutaqin, S. Kom.
  • Prodi Desain Komunikasi Visual : Tiffani Zeta D., S.ds.

Skripsi Terbaik


  • Prodi Teknik Industi 
1. Virgiawan Candra Bhakti, S.T.
    Judul : Perancangan dan Pengembangan Hospital Transfer Bed dengan Pendekatan Karakuri
2. Zaenal Uyun, S.T.
    Judul : Perbaikan Produk Meja Belajar Lipat Multifungsi Ergonomis untuk Meningkatkan Motivasi
                 dan Semangat Belajar Menggunakan Metode Kansei  Engineering

  • Prodi Teknik Informatika
1. Deri Hermawan, S.Kom.
    Judul : Aplikasi 3D Virtual Reality Sebagai Media Bantu Terapi Acrophobia Berbasis Android
2. Regina Sukma Citra, S. Kom. 
    Judul : Klasifikasi Ujaran Kebencian dengan Metode Naive Bayes Classification di Sosial Media
                Facebook Berbasis Web
3. Yasti Aisyah Primianjani, S.Kom.
    Judul : Rancang Bangun Sistem Pemutus Aliran Listrik KWH Meter Pascabayar Berbasis Web                                   Menggunakan Mikrokontroler
  • Prodi Desain Komunikasi Visual
1. Andri Setiawan, Sds. 
    Judul : Perancangan Aplikasi Rencana Anggaran Biaya Membangun Rumah
2. Bagus Arya Suseno. S.ds.
    Judul : Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Publik dan Peta Wilayah RT 07/ RW 08 Baleendah                        Kab. Bandung
3. Luthfi Alfaritzi, S.ds.
    Judul : Perancangan Boardgame Pengenalan Permainan Tradisional Jawa Barat untuk Anak ( 8- 12                        tahun) di Kota Bandung

Orasi Ilmiah Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA.

Kehadiran putra sulung alm. B.J. Habibie pada acara ini membuat saya antusias. Ilham Akbar Habibie yang kini menjabat sebagai Ketua Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional (Wantiknas) memaparkan Peranan Generasi Muda dalam Penerapan Teknologi dan Inovasi di Era 4.0.

https://siswiyantisugi.com

Menurut Ilham Habibie, di era 4.0, yang paling utama adalah kemampuan berinovasi. Inovasi merupakan cara untuk menjawab beberapa megatrends global yang mengubah Dunia. Apa saja sih itu?
  • urbanisasi cepat
  • perubahaan iklim dan kelangkaan sumber daya
  • pergeseran kekuatan ekonomi global
  • perubahan demografi dan sosial
  • gebrakan teknologi
Bagaimana caranya agar inovasi bisa memengaruhi kondisi perekonomian baik skala nasional, regional, maupun internasional? Kuncinya tentu pada kesempatan mengembangkan inovasi dalam bentuk kewirausahaan. 

Dalam orasi ilmiah yang berlangsung selama kurang lebih satu jam ini, Ilham Habibie berulangkali menekankan pentingnya kolaborasi antara inovasi dan wira usaha. Saya kira penekanana terhadap pentingnya dua unsur itu menjadi masukan bagi STT Bandung khususnya untuk terus memperbarui kurikulum dan metode pengajaran agar lulusannya siap bersaing di masa depan.

Penandatangan MoU dengan Instansi Terkait

Usai pelepasan wisudawan, Ketua STT Bandung menandatangani MoU dengan PT Dirgantara Indonesia, PT Jasa Marga, dan Biofarma. MoU ini berisi perjanjian kerja sama untuk pelaksanaan magang mahasiswa di tiga lembaga tersebut. Selain tiga lembaga itu, STT Bandung juga menandatangani MoU dengan PT Pegadaian.


Dalam perjanjian kerja sama itu, salah satunya adalah Pegadaian memberikan tabungan logam mulia sebesar 0,01 gram bagi seluruh mahasiswa STT Bandung.

Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 pagi ini ditutup dengan tayangan -tayangan ekspresi wisudawan saat prosesi wisuda sejak pagi. Semua tampak lega dan bahagia. Selamat menempuh hidup baru, adik - adik. Tetap semangat dan sukses di masa depan.








Tantangan Indonesia Persiapkan SDM Andal di Era Revolusi Industri 4.0

Pada Senin sore yang cerah di The Parlor Cafe Dago, saya bersama rekan-rekan blogger hadir dalam diskusi publik yang membahas tema kekinian, yaitu Penyiapan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Selain blogger, hadir pula perwakilan dari mahasiswa, ASN, dan elemen lain yang terkait dengan tema ini.

Mengapa saya menganggap tema ini kekinian? Karena kita memang ada di era dengan internet sebagai erpanglima. Dengan kata lain, kini warga dunia menggunakan internet dalam semua bidang kehidupan. Ketika industri mengandalkan internet, kecerdasan artifisial, dan mahadata, peradaban manusia memasuki era industri 4.0. Inilah yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0.

Tema kekinian ini dibahas tuntas dengan menarik oleh para praktisi di bidangnya masing-masing. Sebelum diskusi dimulai, Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Bandung, Bapak Muchammad Naseer, S.Kom., M.T. membuka acara.


Pentingnya Pendidikan Vokasi

 Drs. Mujiyono M.M., sebagai Kepala Pusdiklat Industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin), memaparkan bahwa pertumbuhan industri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu investasi, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM).  "Penyediaan dan pembangunan SDM industri menjadi tugas dan fungsi pusdiklat industri Kementerian Perindustrian," jelas beliau. 

Agar SDM Indonesia mampu bersaing di era industri 4.0, pendidikan vokasi menjadi sangat penting. Hal itu ditekankan Bapak Mujiyono dengan logat Jatimnya yang kental, "Di Indonesia ini, pendidikan vokasi masih nomor 2 dibandingkan pendidikan akademis. Padahal yang dibutuhkan sekarang ini adalah kompetensi untuk bisa bersaing di kancah industri global."


infografis : kemenperin

Untuk itu, Kemenperin bekerja keras mempersiapkan SDM unggul agar mampu bersaing dengan negara lain dalam industri 4.0. Upaya itu ada dalam program persiapan satu juta tenaga kerja tersertifikasi. 


infografis : kemenperin

Saya cukup tercengang dengan penjelasan Bapak Mujiyono bahwa tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia ada di Karawang. Padahal Karawang termasuk salah satu pusat industri di Indonesia. Mengapa demikian? ternyata Jawabannya sudah jelas. Minimnya penduduk asli yang mempunyai kompetensi di dunia industri. Kondisi tersebut menyebabkan penduduk asli hanya menjadi penonton dalam hiruk-pikuk berjamurnya pabrik-pabrik di Karawang.  

Agar tidak menjadi penonton di negeri sendiri, Prof. Dr. Suhono Harso Supangkat, M. Eng. mengajak institusi pendidikan untuk menyusun kurikulum yang terintegrasi dengan realitas terkini, konteksnya adalah era industri 4.0. Di era ini, Internet of Things (IoT) tidak hanya menghubungkan manusia dengan  manusia untuk saling berkirim kabar atau relasi antara penjual dan pembeli. IoT kini menghubungkan benda dengan benda tanpa perlu campur tangan manusia.  

Tugas institusi meninjau kembali kurikulum pendidikan yang sudah dijalankan sejauh ini. Diharapkan di masa depan terjalin manunggaling manusia dan mesin. Meskipun ada IoT, kecerdasan buatan (artificial intelligence), dan mahadata (big data), SDM Indonesia tetap berperan dalam keberlangsungan dunia industri. Dengan kata lain, ada hubungan saling mengisi antara manusia dan mesin. 


Tenaga Kerja Sektor Industri Farmasi

Kurikulum yang terintegrasi dengan kebutuhan tenaga kerja di era Revolusi Industri 4.0 akan mencetak SDM berkeahlian khusus dan tentu saja kompeten di bidangnya. Salah satunya memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri farmasi. Seturut dengan yang disampaikan Ibu Nurlaela Arif, Head of Corporate Communication Bio Farma, sebagai industri farmasi, Bio Farma membutukan SDM andal di bidang- bidang ini :


  1. Farmasi
  2. Biologi
  3. Mikrobiologi
  4. Sistem Informasi
  5. Teknik Informatika
  6. Manajemen
  7. Hukum
  8. Analis kimia
  9. Analis kesehatan
  10. Veteriner
  11. Administrasi
  12. Teknik mesin

Industri Kreatif di Era Revolusi Industri 4.0

Ibu Ratna Utari Ningrum dari Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) memaparkan ada empat ruang lingkup industri kreatif, yaitu industri fashion,  industri kerajinan, industri animasi dan video, serta industri permainan interaktif. 

Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia, industri kreatif berpeluang besar berkembang pesat. Apa pasal? Jumlah penduduk sebanyak 260 juta menjadi jaminan porsi pasar yang sangat besar di dalam negeri. Selain itu, keragaman sosiokultural masyarakat adalah sumber inspirasi yang tak ada habisnya bagi para pelaku industri kreatif dalam berkarya. Masyarakat sebagai konsumen bisa diarahkan untuk lebih memilih produk-produk lokal ketimbang mancanegara.

Di era Revolusi Industri 4.0 ini, Dirjen IKM harus terus berinovasi agar tidak ketinggalan zaman. Inovasi mutakhir yang dihasilkan Dirjen IKM adalah meluncurkan sistem database yang tersaji dalam profil industri, baik sentra maupun produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Sistem ini disebut E-SMART IKM.

www.siswiyantisugi.com

Ibu Ratna menegaskan, Dirjen IKM sangat terbuka bagi pelaku usaha industri kecil dan menengah yang ingin mengikuti pelatihan E-SMART untuk usahanya. Hingga saat ini, peserta E-SMART datang dari seluruh Indonesia. Persebarannya bisa dilihat dari infografis berikut ini,



www.siswiyantisugi.com


Berani Hadapi Revolusi Industri 4.0

Pernyataan dari Ronny Sasmita, Direktur Eksekutif dan Pengamat Ekonomi dari EconAct menjadi renungan sekaligus motivasi bagi kita, masyarakat Indonesia. "Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan SDM sebaik-baiknya agar bisa bersaing di kancah industri global."

Siapkah Indonesia? Siapkah kita? Kesiapan itu diuji dalam sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, dan pelaku usaha sebagai praktisi industri. Yang jelas, market tidak bisa berjalan sendiri. Tetap harus ada intervensi manusia dengan cara yang berbeda, tentu.



www.siswiyantisugi.com