Showing posts with label Kontemplasi. Show all posts

Cerita tentang Kebiasaan Menunda, Bagaimana Menghentikannya? Cek Tips Berikut!

Untuk kesekian kalinya, saya merutuki diri sendiri akibat kebiasaan menunda yang sangat akut. Biasanya saya mengerjakan tulisan beberapa jam sebelum batas waktu berakhir. Khusus untuk tugas akhir Danone Digital Akademi 2021, saya bertekad serius, fokus, dan sungguh-sungguh.

Sayangnya tekad itu tenggelam begitu saja. Saya tetap seperti biasanya. Memikirkan alur tulisan di dunia ide. Memikirkannya terus, terus, terus hingga batas waktu posting tulisan semakin dekat. 

Mentor Danone Digital Academy memberi kami waktu selama 3 hari untuk menyusun tulisan berdasarkan materi yang disampaikan selama 3 hari kegiatan Danone Digital Academy (DDA) 2021. Materinya pepak banget. Yang paling rumit SDGS dan konsep ekonomi sirkular. Dua kelas ini menjadi pembuka kelas DDA 2021.

Saya kebetulan berhalangan hadir di kelas saat dua materi rumit itu dipresentasikan. Alhasil, saya mulai menata konsentrasi di materi ketiga hari pertama. Judul materi yang disampaikan narasumbernya Temukan Tema Menarik buat Konten Kamu. Terjemahan kasarnya begitu. 

Menurut saya yang kreativitasnya pas-pasan, materi ketiga ini juga susah. Apalagi waktu harus bikin konten tentang dua materi sebelumnya. 

Meski ngga ikut 100% di dua materi itu, saya tetap tahu pokok-pokok bahasannya. Inilah untungnya rajin baca koran dan nonton berita.huehehe..

Jadilah saya mengusulkan tema peduli lingkungan berawal dari rumah. Meskipun saat itu saya masih tergagap-gagap dengan jalannya acara, saya berusaha keras untuk tune in dengan semua keterbatasan info yang saya terima.

Hasilnya? Apa adanya, seadanya. Waktu Bagas bahas Raisa minum Aqua sehingga sehat dan bugar terus, saya jadi ingat suaminya Raisa yang mungutin sampah di depan minimarket. Konten saya bisa menarik kalo saya pilih angle utamanya si Hamish. 

Storyline-nya Hamish sejak kecil (pasti) dibiasakan buang sampah pada tempatnya. Jadi, setelah dewasa, dia gemes lihat sampah-sampah berserakan. Bawaannya pengin beresin trus buang ke tempat sampah.

Sayangnya ide itu telat datang. Saya sudah ngumpul tugas konten dengan Nadia Sparkes, si gadis kecil pemungut sampah. Meski Nadia ini mendunia, tetep aja di negeri ini Raisa-Hamish paling menarik perhatian. Tul ngga? :D

Tugas-tugas medsos pun isinya infografis. Saya buntu. Bikin apa ya? Lihat hasil kerja temen-temen jadi jiper. Akhirnya setelah telat dua hari, saya bikin infografis dengan rangkaian gambar yang pernah saya bayangkan sebelumnya.

Hasilnya? Menurut seorang teman, saya harus lebih rajin belajar. Beklaaah...Eh, abis itu, ngga ada tugas lagi, saya malah ngga bikin apa-apa. Mager banget, scroll explore IG. Astaghfirullah...Kapan naik kelas kalo begini.

Baca juga gimana caranya bahagia? Syukuri hidupmu dengan merayakan kehidupan 

Kembali ke bahasan tugas akhir. Akhirnya setelah seabreg hambatan, saya menemukan alur secara sayup-sayup. Paragraf pembuka masih gamang. Ini kesannya fiksi, tapi sebenarnya eksposisi. 

Jadilah saya menuliskan kembali pengalaman semasa hamil di tugas akhir. Ditambah satu pengalaman sekilas teman SMP dan pengalaman nyata istri dubes Prancis. Khusus pengalaman nyata istri Dubes Prancis ini saya dapat dari cerita Eyang NH.Dini (alm) saat kami bersua tahun 2016 silam.

Sayangnya karena artikel ditulis mepet deadline, hasilnya pasti tidak maksimal. Memang sih, ada yang bisa nulis keren meski dikejar waktu. Saya ternyata tidak bisa begitu. 

Artikel ini menurut saya tidak greget. Pengantarnya memang menarik karena berupa berupa kisahan. Judulnya Ibu, Jaga Anakmu, Jaga Kesehatan Mentalmu. Namun, tujuan penulisannya tidak lengkap. Saya tidak berhasil menyampaikan pembahasan tentang pentingnya kesehatan mental bagi ibu hamil

Data yang saya tulis masih sangat umum. Infografisnya pun garing abis alias sangat standar. Dengan hasil kerja demikian, saya harus tahu diri tidak boleh muluk-muluk. Jadi juara? Oh, please..Lain kali musti bikin tulisan yang lebih bagus supaya layak berharap jadi juara :D

Sebenernya ini kegagalan yang kesekian, tetapi saya merasa sangat kecewa pada diri sendiri. Jarang-jarang lho saya begini. Biasanya ya sudahlah..Besok diulang lagi. Eh, maksudnya diperbaiki. Kenapa sangat kecewa? Karena ternyata menjadi peserta Danone Digital Academy 2021 sangat prestisius. 

Kami yang 50 blogger dan vlogger ini terpilih dari 1000 orang yang mendaftar. Bagi saya ini kesempatan emas untuk bersungguh-sungguh menulis. 

Bukan hanya ini ajang prestisius, melainkan juga saya paham tema yang saya tulis. Selain itu, tulisan saya dibaca para juri yang mumpuni dengan background masing-masing.

Seleksi macam ini mengingatkan saya pada zaman ikut Tes CPNS 2012 silam. Saya termasuk 100 orang yang lolos seleksi administrasi Tes CPNS Komisi Yudisial RI. Kabarnya peserta yang mendaftar lebih dari 1000.  

Hati saat itu berbunga-bunga. Bunganya layu ketika skor Tes Kemampuan Dasar saya terlempar dari 50 besar. Penyebabnya? Jelas, menunda-nunda mengerjakan latihan soal. Begitulah..

Kebiasaan buruk ini harus diubah, diperbaiki hingga tak melekat lagi. Di usia segini, tentu itu bukan hal mudah. Tapi apa sih yang ngga bisa kalau kita berusaha? 

Demi kualitas hidup yang lebih benar, saya menelusuri bagaimana caranya memanajemen waktu dan konsentrasi? Hasil penelusuran itu saya tulis ulang di sini ya :)

3 Langkah Atasi Kebiasaan Menunda

1. Jauhkan sumber distraksi

Media sosial, media streaming, ngobrol di Whatsapp, dan sumber distraksi lain adalah penyebab menurunnya produktivitas kita. Saya ngalamin banget nih. Ketika sedang menulis, ada notif pesan masuk di WA. Cek WA, balas pesan lanjut cek pesan lain, terus begitu. Tiga puluh menit berlalu tak terasa. Belum lagi kalo pas scroll Instagram, cek Twitter, atau mampir ke marketplace. Tau-tau ide tulisan menguap, waktu abis. Ya udah, writerblock datang. Konyol banget deh..

2. Gunakan teknik podomoro

Saya pertama baca teknik podomoro di Pinterest sekian tahun lalu. Baru bener-bener dipraktikkan akhir-akhir ini. Cara kerja teknik ini adalah mengatur waktu kerja selama 25 menit lalu istirahat 5 menit lanjut kerja lagi 25 menit. Lakukan teknik ini sebanyak 4 sesi. Jadi 25x4 = 100 menit fokus kerja dengan selingan istirahat 5 menit setiap 25 menit. 

Fungsi teknik podomoro untuk memberi sesi-sesi pada pekerjaan kita. Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tahap pekerjaan yang akan kita selesaikan. Lebih oke kalo kita pasang alarm untuk setiap 25 menit. Pas break, strict 5 menit ngga boleh bablas lho yaa :D

3. Formula 4 Kuadran

Formula 4 kuadran ini pernah saya baca di bukunya salah satu anchor Metro TV, Prabu Revolusi. Sekarang dia sudah pindah ke CNN Indonesia. 


cara cerdas atasi kebiasaan menunda

Dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, pasti tidak semuanya bersifat mendesak. Pengelompokan mendesak, tidak mendesak, penting, dan tidak penting bagi setiap orang tentu berbeda. Sebenernya ada standarnya sih suatu keperluan itu disebut mendesak atau bisa didelegasikan. 

Setiap individu seharusnya bisa tegas menentukan prioritas pekerjaan. Ketegasan itu bisa menjadi parameter kedewasaan bersikap juga lho ;)

Contoh kasus, mana yang lebih mendesak antara menjawab telepon teman yg sedang mengalami prahara rumah tangga atau fokus menyelesaikan tulisan dengan DL hari ini? 😁

---

Buat kaum 'tar sok' alias penunda akut seperti saya bisa mencoba tiga langkah ini. Memang sih ngga sesimple teorinya, tapi kalo sungguh-sungguh dikerjain, in sya Allah pasti bisa. 

Distraksi memang mengacaukan fokus. Formula kuadran menjadi solusi mengatasi distraksi. Saya masih di fase merangkak dalam mempraktikkan formula kuadran ini. Yang pasti sih ala bisa karena biasa. Good luck untuk kita semua :)




Impian Adalah Doa Yang Menanti Dikabulkan

Pernahkah kamu punya keinginan atau harapan di masa lampau? Sesuatu yang sederhana, tetapi tidak mudah diwujudkan?

Contohnya berjumpa dengan musisi dalam negeri favoritmu?

Sebenarnya mungkin untuk sebagian besar orang, berjumpa musisi favorit memang bukan hal sederhana. Mengingat popularitas kadang sulit dijangkau oleh orang biasa.

Biasa di sini maksudnya bukan dari lingkaran selebritis. Bisa juga disebut mereka yang tidak punya kenalan/jaringan dari kalangan selebritis.

Saya adalah satu dari jutaan orang biasa yang sering sekali hanya bisa memandangi musisi favorit dari layar kaca atau hanya menikmati musiknya dari earphone.

Apa yang terjadi jika ada satu kesempatan bisa berjumpa langsung dengan sang musisi favorit? Jawabannya hanya satu : bahagia.

Saya kira perasaan itu pasti dirasakan siapa pun yang berada di kondisi sama dengan saya. Betul apa betuul? 😁

Seperti kondisi yang saya alami malam tadi. Saat hadir di launching single terbaru SHE, salah satu grup band yang pernah moncer di Indonesia.

Saya melihat Candil. Ia adalah eks vokalis Serius Band. Rocker yang berciri khas suara tinggi melengking. Saya menyukai suara dan gaya bermusiknya sejak duduk di bangku SMA hingga hari ini.

Ketika melihatnya bernyanyi secara live, rasanya sangat terharu. Terlebih ketika teman saya yang kebetulan panitia acara menanyakan apakah saya mau difoto dengan sang idola?

Saya sempat malu. Rasanya di usia segini sudah bukan masanya berfoto dengan idola. Saya merasa sekarang sih cukup memandanginya dari jauh saja meski ada di ruang waktu yang sama.

Etapi, dipikir-pikir kok sayang ya melepas kesempatan ini. Akhirnya saya pun mengiyakan pertanyaan teman saya. Jepret..jepret..

impian dan harapan kesibukan kehidupan

Jadi juga nih difoto bareng si pelantun lagu "Rocker juga manusiaaa...yeaah!"

Bahagia itu memang sederhana untuk beberapa hal. Berjumpa langsung dengan Candil adalah impian masa SMA hingga beberapa tahun setelahnya.

Ternyata impian itu dikabulkan Tuhan puluhan tahun kemudian. Dan rasanya tetap amazing karena kekagumannya masih sama. 

Alhamdulillah..Ini saya anggap sebagai hadiah ultah saya yang tinggal seminggu lagi.

Terima kasih...terima kasih..Sederhana, tapi sangat berkesan ketika yang diterima adalah terwujudnya impian.

Impian selama apa pun disimpan ketika menjadi kenyataan, bahagianya tetap tak terkira..

Jadi, mengutip Kahlil Gibran, "Hidupkan terus harapan dan impian karena itu kesibukan kehidupan."

Salam :)

5 Tanda Kita Merayakan Kehidupan

Sore tadi saya membaca Instagram Story Happy Salma. Ia adalah aktris sekaligus produser seni pertunjukkan. Di IG Story-nya dia memosting tulisan "perempuan-perempuan yang merayakan kehidupan."

Meskipun frasa 'merayakan kehidupan' sering saya baca di tulisan mereka yang menyukai sastra, saya masih agak kesulitan mencerna contoh-contoh konkretnya. 

Bisa saja frasa ini bermakna karet alias tergantung pada si penulisnya. Maknanya bisa macam-macam. Demikian juga cara merealisasikannya. 


lima tanda kita merayakan kehidupan
pixabay.com

Namun, sebagai penganut strukturalisme, saya tetap membutuhkan penjabaran standar tentang apa itu 'merayakan kehidupan'? Agar tak berbelit di pikiran, saya mencoba menafsirkannya sendiri lalu menjabarkan contoh konkretnya 

Meskipun saya menyukai sastra; menyukai keindahan kata dalam licentia poetica, saya berpihak pada kejelasan makna dalam diksi yang saya pilih. Mentor saya di dunia penulisan pernah berkata,"Tetap gunakan logikamu sekalipun kau menulis puisi."

baca juga Kesibukan Kehidupan

Kembali ke makna 'merayakan kehidupan', saya mencoba menjabarkannya secara lebih spesifik. Merayakan kehidupan bermakna kiasan; konotatif. Bagaimana kita menerjemahkannya secara lugas? Berikut ini penafsiran saya.

Lima Tanda Kita Merayakan Kehidupan


1. mempunyai visi

Menurut KBBI, visi/vi·si/ n 1 kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; 2 pandangan atau wawasan ke depan.

Dari penjelasan berdasarkan definisi KBBI tersebut, semoga sudah terbayang sekaligus memahami visi masing-masing dalam menjalani hidup. 

         
Pandangan tentang masa depan seperti  apa yang ingin kita raih? Usaha apa saja yang sudah kita lakukan untuk mewujudkannya? 
   
2. mempunyai passion

Passion bisa diartikan dengan gairah atau semangat. Ketika kita menjalani hidup dengan semangat, pekerjaan apa pun terasa ringan diselesaikan. Begitu pula saat belajar dan berkarya. Semua perlu passion. 

Namun, tetap harus diingat agar realistis menyikapi passion. Ketika kita memutuskan untuk melakukan  sesuatu sesuai passion, cek lebih dulu kekuatanmu, baik secara finansial maupun dukungan nonmateri lain dari  orang-orang terdekatmu.

Cukupkah perbekalan kita dalam perjalanan sesuai passion? Jika ternyata perbekalan belum memadai, kita harus realistis.  Mengenali medan sebelum berperang adalah bentuk kecerdasan berstrategi. 

3. memiliki harapan

Menghidupkan harapan dan keinginan merupakan kesibukan kehidupan, kata Kahlil Gibran. Itu benar adanya. Tanpa harapan, kita bisa kehilangan semangat.  Perjalanan menjadi tak bergairah. Letih lesu, lemas, kurang darah.  

Harapan semacam elan vital  kehidupan. Sesuatu yang membuat hidup menjadi berharga. Namun, ingat! Secukupnyalah berharap. Karena makin banyak  berekspektasi,  makin mudah kecewa. 

Idealnya adalah berharap dan menerima. Berharap yang terbaik dalam kehidupan. Mempersiapkan diri menerima apa pun yang Tuhan gariskan untuk kita. 

4. mampu bangkit dari kegagalan

Pepatah bilang,” Kegagalan adalah guru yang tertunda". Jadi, ketika kita mengalami kegagalan, sepahit apa pun, kita tetap harus bangkit dan fokus pada pekerjaan agar tidak mendzalimi siapa pun.

Pada prinsipnya saat gagal jangan pernah menyalahkan diri sendiri juga orang lain. Fokuslah pada proses. Ketika kita belajar tentang proses, konsep ini memberikan manfaat positif pada usaha yang sudah kita lakukan. 

Untuk itu, penting banget kita selalu bersungguh-sungguh dalam melakukan apa pun. Tujuannya tentu saja bukan hanya pada harapan hasil maksimal, melainkan juga kepuasan batin meski pencapaiannya meleset atau tidak sesuai target. 

5. menoleransi keragaman

Toleransi membuat kita lebih mudah memahami dan mengerti. Dengan toleransi, kita terhindar dari tindakan men-judge mereka yang berbeda pandangan dengan kita. 

Toleransi juga membuat kita bisa menghargai perbedaan tanpa mengkritik atau merasa rendah diri. Bukankah hidup lebih damai dengan toleransi?

----

Jadi, sudah punya kelimanya dalam batinmu? Jika sudah, selamat merayakan kehidupan, mensyukuri setiap kesempatan dan pilihan yang kita lakukan.

Jika baru mulai mengenalinya, selamat menelusuri ruang-ruang spiritual dalam dirimu. Sukses yaa ...


Road Map Saya di Tahun 2021

road map tahun 2021
dok. Pixabay.com

Sepenting apa road map atau peta perjalanan dalam kehidupan kita? Menurut saya, road map amat penting. Ia semacam garis besar gambaran yang menjadi petunjuk mau ngapain dan akan ke mana di hari ini dan hari-hari mendatang.

Akhir tahun menjadi waktu yang paling pas untuk memetakan ulang road map kehidupan. Selain itu, mengevaluasi kembali perjalanan yang sudah dilakukan ratusan hari sebelumnya. 

Ini menjadi sesi yang menyenangkan sekaligus mencubit kesadaran saya. Mengapa? Karena banyak kesalahan juga kekeliruan akibat kemalasan yang saya lakukan kemarin-kemarin. Konsekuensinya tentu menggagalkan banyak rencana dan impian akibat kebanyakan mager alias malas gerak.

Tahun 2021 ini, saya bertekad meminimalisasi kebiasaan mager tersebut. Pelan tapi pasti, harus dibuang juga sih. Akan tetapi, mengingat mager juga manusiawi, saya kira tak apa lah sesekali mager. Dengan syarat, setelah semua agenda prioritas tuntas dikerjakan. 

Mager saya biasanya terjebak di ponsel. Awalnya merespons pesan-pesan pekerjaan lalu menyelesaikan tugas blog dan medsos. Nah, jebakan mulai muncul ketika sudah chit-chat dengan teman-teman dilanjutkan baca-baca postingan yang sebenernya ngga terlalu urgent. Tau-tau sudah dua jam lebih. Kesadaran yang tidak berdaya ketika sadar ini jebakan, tapi tetep dikerjakan. 

Belajar dari kesalahan mager yang terlalu banyak, saya pun melakukan SWOT personal. Saya mengukur Strength, Weakness, Opportunity, dan Threats. SWOT analisis ini saya lakukan untuk mengukur peluang saya di tahun 2021.  SWOT dengan pisau analisis karakter saya, kemampuan yang saya punya, pengalaman yang ada, dan peluang pekerjaan yang bisa saya lakukan. 

Becermin dari serangan Covid 19 pada tahun 2020 yang baru saja kita tinggalkan, banyak sekali hikmah yang saya dapat dari masa pandemi. Saya yakin setiap orang di dunia ini punya kesan dan hikmah berbeda-beda dari kehidupan yang dijalani semasa Covid 19 meluluhlantakkan kebiasaan dan kenyamanan manusia di bumi ini.

Satu hal yang saya catat di dalam hati dari pandemi adalah kita harus punya soft skill yang tidak terpengaruh kondisi apa pun. Apa itu? Dari pengalaman pribadi dan berbagai informasi yang saya akses di beragam sumber, saya menyimpulkan kemampuan digital marketing bisa menjadi jawabannya.

Mengapa digital marketing? Ini tentu berhubungan dengan gelombang industri 4.0 yang sekarang menjadi bagian kehidupan kita. Internet of things, artificial intelligence, dan big data sebagai panglima era ini. Dan kita, tentu tak bisa hanya menonton belaka. Ini yang menjadi dasar saya menentukan road map di tahun 2021.

Apa yang bisa saya lakukan berdasarkan tiga hal penting dari industri 4.0? Meskipun banyak orang bilang tahun 2021 ini akan menjadi tahun dimulainya society 5.0, saya kira kondisi itu masih butuh waktu. Sekarang saya fokus dan terus menggali peluang dari tiga unsur industry 4.0. 

Sebagai pegiat literasi digital, sebagai blogger, dan micro influencer, saya mulai berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk memperluas jangkauan? Tentu saya tidak bisa tetap ada di posisi pekerja. Setelah tiga tahun beraktivitas di dunia digital sebagai pekerja, saya merasa ini waktunya saya menjadi konseptor atau bekerja di balik layar. 

Road Map Saya di 2021

Dari beragam peristiwa yang saya alami dan lihat juga baca, saya mengamati dan memahami pergerakan ekonomi, budaya, sosial, dan politik masyarakat. Apa yang bisa dilakukan di kondisi ini? Apa yang harus dipahami agar tidak terseret badai dan luluh lantak? Jawabannya adalah beradaptasi.

1. Fokus belajar marketing analisis

Hasil pengamatan dan perenungan kemudian membuat saya memutuskan untuk fokus belajar marketing analisis. Mengapa marketing analisis? Jawabannya simple saja : setiap sisi kehidupan manusia sebenarnya tidak bisa lepas dari aspek pemasaran. Apa pun, bahkan ketika kita bicara tentang agama dan keyakinan. 


Marketing analisis
dok.articles.bplans.com


Pemasaran berhubungan dengan branding. Ini yang menjadi isu seksi di masyarakat kita. Branding perusahaan, branding produk, bahkan personal branding. Semua lekat dengan pemasaran. Agar tepat sasaran, analisisnya harus tokcer. 

Belajarnya di mana? Sama siapa? Nah, saya masih mencari tempat dan guru yang tepat. Sejauh ini, saya masih belajar dari masternya marketing : Hermawan Kertajaya dan Philip Kottler. Pemikiran duo pakar maketing ini selalu up to date dan menjadi rujukan banyak perusahaan. Saya berharap bisa belajar lebih banyak dan mengaplikasikannya dalam pekerjaan saya sekarang.

Hal lain yang membuat saya memutuskan belajar marketing analisis adalah dua pekerjaan baru yang saya terima di akhir tahun 2020. Dua pekerjaan ini menuntut saya untuk lebih kreatif menyusun strategi branding. Di dalam branding itu, saya harus memahami pasar. Tujuannya tentu saja agar bisa menjangkau lebih banyak kalangan untuk mengenal produk yang saya promosikan. Marketing analisis adalah jawaban untuk memperkuat strategi.

2. Trading

Sebenarnya saya sudah tertarik dengan dunia ini sejak lima tahun lalu. Namun, keterbatasan pengetahuan dan kolega yang berkecimpung di dunia ini, membuat saya menyimpan ketertarikan jauh di dalam hati.

 

Trading
dok. Pixabay.com

Yah, meskipun saya sudah membaca buku-bukunya Ellen May, tetep aja sebatas pemahaman teori. Saya belum berani terjun langsung ke dunia yang katanya penuh spekulasi ini.

Adalah suatu hari di pertengahan November tahun lalu. Seorang teman SMP mengomentari postingan Instagram story saya. 

Waktu itu saya memosting grafik pasar saham yang menurut saya menarik. Dia bertanya apakah saya trading juga? 

Pertanyaan itu membuka obrolan panjang dan berujung pada tawaran untuk menjadi partnernya di perusahaan trading yang sedang ia rintis.

Tentu saja saya tidak berpartner menjadi trader, tetapi menjadi ghost writer untuk buku yang sedang ditulisnya. Ini semacam sambil menyelam minum air bagi saya. 

Saya bisa belajar sekaligus praktik dari pengalamannya di dunia trading, baik sebagai praktisi maupun mentor bagi murid-muridnya. 

Saya pun ikut belajar juga tentang teknikal analisis trading forex dan gold. Saya mulai memahami sedikit demi sedikit dan tergerak untuk terjun juga. Modalnya masih dikit aja dulu sebagai newbie. 

Trading bisa menjadi salah satu jalan bebas finansial di masa tua selama saya melakukannya dengan strategi yang benar.

3. Menulis

Meskipun saya menempatkan 'menulis' di bagian akhir, bukan berarti ia mendapat sisa-sisa perhatian. Menulis tetap menjadi passion saya. Karena menulis pula, saya masuk dunia digital marketing yang membawa saya pada begitu banyak pengalaman baru.


Menulis blog
dok.pribadi

Saya tetap menulis blog dengan kembali fokus pada Google adsense. Saya melihat ini bisa menjadi jalan lain kebebasan finansial di masa depan. Menulis buku dan belajar UX Writer agar lebih beradaptasi dengan perubahan zaman.

Bagaimana dengan pengembangan diri saya sebagai individu, istri, ibu, dan anggota masyarakat? Itu akan saya tulis di edisi selanjutnya. Yang pasti dunia terus bergerak. Ia bergerak dari tradisional ke digital. Angka 4.0 akan maju menjadi 5.0, dan seterusnya. 

Kita tak boleh berhenti belajar, berstrategi, beradaptasi, dan tentu saja terus berkolaborasi. Semoga Tuhan merestui rencana-rencana dan memudahkan perjalanannya. Salam.