Showing posts with label gaya hidup. Show all posts

Gaya Hidup Halal Pondasi Indonesia Sehat dan Kuat


gaya hidup halal

Gaya hidup halalan thayyiban adalah gaya hidup yang mengedepankan prinsip sehat, aman, bersih, dan rapi. Saat ini gaya hidup halal (halal lifestyle) menjadi tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Hasil survey The Economics (2015) memaparkan semakin tinggi kelas sosial seorang Muslim, kesadarannya memilih produk halal semakin meningkat.

Beberapa tahun terakhir, peningkatan kesadaran #gayahiduphalal, baik produk halal di sektor riil, produk keuangan halal, kosmetik, tourism, pengobatan, juga pendidikan terus meningkat secara signifikan. 

Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan pada perekonomian halal global hingga mengalami penurunan sampai 8 persen pada tahun 2020 pada sektor riil syariah. (State of the Global Islamic Economy Report 2020/21). Namun demikian, penurunan tersebut diperkirakan akan kembali pulih dan meningkat.

Gaya Hidup Halal Pondasi Indonesia Sehat dan Kuat

Tema gaya hidup halal menjadi pembahasan utama dalam webinar Gaya Hidup Halal Pondasi Indonesia Sehat dan Kuat. Webinar ini digagas Danone bekerja sama dengan CNN. Narasumber yang hadi pada kesempatan padat ilmu dan informasi itu adalah Ibu Jeti Rosila Hadi (Vice Chairwoman Indonesia Halal Lifestyle Center), Bapak Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Si.(Kepala Badan Penyelenggara Jamina Produk Halal (BPJPH)), dan Ibu Prima S. Sehanputri (Head of Regulatory Affairs Danone Indonesia). 

a. Ekosistem gaya hidup halal di Indonesia

Ibu Jeti Rosalia sebagai pemateri pertama memaparkan bagaimana gaya hidup halal kini sudah menjadi bagian dari pola hidup masyarakat bahkan diterapkan oleh mereka yang bukan Muslim. Mengapa demikian? Seistimewa apa sih gaya hidup halal itu sehingga menjadi pilihan?

Tentu saja memilih gaya hidup halal adalah pilihan yang tepat. Gaya hidup ini tidak saja istimewa, tetapi memberikan banyak kebaikan dan ketenteraman dalam kehidupan. Halal secara etimologis artinya diperbolehkan. 


Gaya Hidup Halal
Gaya hidup halal (dok.Halal Lifestyle Center) 


Agar sempurna, halal haruslah thayyib. Apa itu thayyib? Thayyib artinya baik, sehat, dan bersih. Dengan kata lain, thayyiib artinya mempunyai kualitas yang baik dan aman. Jadi, tidak selalu yang halal itu baik. Demikian juga tidak selalu yang baik itu halal. 

Yang benar adalah halal dan baik untuk alam, manusia, dan lingkungan, demikian papar Ibu Jeti Rosalia menekankan pentingnya gaya hidup halalan thayyiban.

Gaya hidup halal pada umumnya sudah diterapkan umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur, mandi, sarapan, perawatan diri, dan beribadah. Semua produk yang digunakan pasti harus ada sertifikasi halalnya agar hidup lebih berkah.

Gaya hidup halal membawa nilai-nilai keindahan,kesehatan, kualitas hidup, dan kenyamanan yang sesuai dengan selera dan pilihan masyarakat dunia. Hidup bersih, sehat, aman, dan nyaman. Siapa yang tak ingin menjalaninya?

b. Sektor gaya hidup halal

Gaya hidup halal memiliki daya tarik dan potensi besar dalam aspek bisnis. Indonesia dengan segala kekayaan yang dimilikinya memiliki potensi untuk mengembangkan seluruh potensi aspek halal. Tingginya potensi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

Selain itu, tentu saja kalangan industri bisa mengoptimalkan potensi aspek halal dalam produk dan jasa mereka. Apabila itu tercapai.industri halal dapat berkontribusi lebih besar untuk pertumbuhan ekonomi nasional. 

UU Jaminan Produk Halal (UUJPH) yang diimplementasikan dalam sertifikasi produk dan jasa memicu edukasi halal secara masif. Hal ini terjadi tidak hanya pada konsumen, tetapi juga dialami produsen di industri halal Indonesai.

Ada 10 sektor industri halal yang bisa dikelola secara kreatif semaksimal mungkin. Inovasi dan dukungan pemerintah menjadi kunci utama majunya industri halal di Indonesia.

gaya hidup halal
10 sektor gaya hidup halal

c. Peluang Indonesia sebagai produsen produk halal dunia

  • . Peran pemerintah

Dukungan industri lokal dapat mewujudkan harapan Indonesia menjadi pemain di pasar halal dunia. Apalagi Indonesia sebagai konsumen produk halal terbesar di dunia pasti sudah mempunyai target pasar yang pasti, yaitu rakyatnya sendiri.

Demi tercapainya harapan itu, pemerintah sebagai regulator memberikan jaminan agar aktivitas yang menghubungkan produser dan konsumen berjalan dengan baik. BJPJH secara rutin mendorong pelaku usaha,baik skala menengah dan besar maupun mikro dan kecil untuk memperhatikan kualitas produk mereka sudah halal atau belum.

BPJPH melakukan langkah-langkah intervensi, khususnya kepada pelaku usaha mikro dan kecil. Untuk perusahaan-perusahaan menengah dan besar, seperti Danone, sudah menganggap halal sebagai nilai atau reputasi bagi perusahaan mereka. Halal bisa menjadi image perusahaannya untuk bisa dibangun agar produk mereka bisa kompetitif dengan pelaku usaha lokal maupun mancanegara.

Pekerjaan rumah BPJPH adalah mengedukasi pelaku usaha mikro dan kecil agar menganggap halal sebagai value dari produk yang dihasilkan. Sesuai dengan kewenangan BPJPH selalu melakukan sosialisasi, edukasi, promosi, publikasi, dan literasi kepada semua pelaku usaha mikro dan kecil. 

Tujuannya agar semua pelaku usaha mikro dan kecil bisa lebih kuat dalam membranding usahanya sebagai produsen produk halal. Keterlibatan pelaku usaha mikro dan kecil sangat penting karena komposisi pelaku usaha di Indonesia 90 persennya adalah pelaku usaha mikro dan kecil.

  • Sertifikasi produk halal
Sertifikat halal sebagai sebuah standar memberikan sejumlah manfaat dan keuntungan, baik bagi pelaku usaha atau produsen maupun bagi konsumen produk. 

Saat ini pemerintah menjalankan program SEHATI yaitu Sertifikat Halal Gratis untuk pelaku usaha kecil dan mikro. Pemerintah yang menanggung biaya pembuatan sertifikat halalnya. Perusahaan menegah dan besar juga bisa melakuan intervensi pembuatan sertifikat halal gratis untuk pelaku usaha mikro dan kecil. 

Saat ini ada 10 juta produk halal untuk usaha mikro dan kecil membutuhkan sertifikat halal.  Karena keterbatasan dana pemerintah, baru 25 ribu sertifikat halal gratis yang sudah dibiayai BPJPH. Selanjutnya sedang diusahakan dilakukan pembiayaan gratis.

Manfaat sertifikat halal

B   BPJPH mengimbau perusahaan skala menengah dan besar juga BUMN melalu program CSR-nya agar bisa membantu pelaku usaha mikro dan kecil mendapatkan sertifikat halal. Untuk sertifikat halal berbayar kini biayanya sebesar Rp 230 ribu. 

 P  Pemerintah berharap pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) menjadi garda terdepan dalam memperkuat ekosistem halal di Indonesia. Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan domestik. Ini ikhtiar pemerintah agar masyarakat mengonsumsi produk halal buatan dalam negeri.


   d.  Komitmen Danone mendukung gaya hidup halal di Indonesia


Profil Bisnis Danone (dok.Danone Indonesia) 


Komitmen #DanoneIndonesia mengedepankan kualitas menjadi hal utama dalam aktivitas bisnis Danone. Sertifikasi keamanan produk tertinggi FSSC22000, Badan POM, Kemenag, dan MUI.  Gaya hidup halal terkait pada konsep aman, bersih, dan sehat. Sejalan dengan komitmen Danone Indonesia bahwa kesehatan dan keamanan konsumen sebagai fokus utama.

Ada 2 juta konsumen yang mengonsumsi produk Danone. Pemenuhan kebutuhan konsumen itu merupakan sinergi dari 15 ribu karyawan yang bekerja di 26 pabrik Danone. 

Komitmen Danone menghasilkan produk halal dilakukan dari hulu hingga hilir. Mulai dari mencari supplier bahan baku sudah harus yang bersertifikat halal. Setelah melewati ketatnya proses produksi dengan standar operasional prosedur (SOP) Danone. SOP tersebut memastikan produk halal harus diproduksi di lini bebas pork dan bebas kontaminasi haram/najis.


Gaya Hidup Halal
Komitmen Danone dukung gaya hidup halal (dok.Danone Indonesia) 


Setibanya di gudang, dilakukan pengecekan ulang untuk memastikan produk benar-benar teruji kehalalannya. Apabila ada inovasi baru, harus dilakukan seritifikasi halal. Semua prosedur berlaku untuk produk yang diekspor juga. 

---

Gaya hidup halal sebagai pondasi Indonesia sehat dan kuat menjadi tanggung jawab semua pihak. Keluarga berperan besar dalam memengaruhi terbentuknya gaya hidup. Implementasi halalan thayyiban dalam kehidupan membawa keberkahan dalam hidup. Kita menjadi lebih semangat, gembira, dan positif.





Cerita tentang Kebiasaan Menunda, Bagaimana Menghentikannya? Cek Tips Berikut!

Untuk kesekian kalinya, saya merutuki diri sendiri akibat kebiasaan menunda yang sangat akut. Biasanya saya mengerjakan tulisan beberapa jam sebelum batas waktu berakhir. Khusus untuk tugas akhir Danone Digital Akademi 2021, saya bertekad serius, fokus, dan sungguh-sungguh.

Sayangnya tekad itu tenggelam begitu saja. Saya tetap seperti biasanya. Memikirkan alur tulisan di dunia ide. Memikirkannya terus, terus, terus hingga batas waktu posting tulisan semakin dekat. 

Mentor Danone Digital Academy memberi kami waktu selama 3 hari untuk menyusun tulisan berdasarkan materi yang disampaikan selama 3 hari kegiatan Danone Digital Academy (DDA) 2021. Materinya pepak banget. Yang paling rumit SDGS dan konsep ekonomi sirkular. Dua kelas ini menjadi pembuka kelas DDA 2021.

Saya kebetulan berhalangan hadir di kelas saat dua materi rumit itu dipresentasikan. Alhasil, saya mulai menata konsentrasi di materi ketiga hari pertama. Judul materi yang disampaikan narasumbernya Temukan Tema Menarik buat Konten Kamu. Terjemahan kasarnya begitu. 

Menurut saya yang kreativitasnya pas-pasan, materi ketiga ini juga susah. Apalagi waktu harus bikin konten tentang dua materi sebelumnya. 

Meski ngga ikut 100% di dua materi itu, saya tetap tahu pokok-pokok bahasannya. Inilah untungnya rajin baca koran dan nonton berita.huehehe..

Jadilah saya mengusulkan tema peduli lingkungan berawal dari rumah. Meskipun saat itu saya masih tergagap-gagap dengan jalannya acara, saya berusaha keras untuk tune in dengan semua keterbatasan info yang saya terima.

Hasilnya? Apa adanya, seadanya. Waktu Bagas bahas Raisa minum Aqua sehingga sehat dan bugar terus, saya jadi ingat suaminya Raisa yang mungutin sampah di depan minimarket. Konten saya bisa menarik kalo saya pilih angle utamanya si Hamish. 

Storyline-nya Hamish sejak kecil (pasti) dibiasakan buang sampah pada tempatnya. Jadi, setelah dewasa, dia gemes lihat sampah-sampah berserakan. Bawaannya pengin beresin trus buang ke tempat sampah.

Sayangnya ide itu telat datang. Saya sudah ngumpul tugas konten dengan Nadia Sparkes, si gadis kecil pemungut sampah. Meski Nadia ini mendunia, tetep aja di negeri ini Raisa-Hamish paling menarik perhatian. Tul ngga? :D

Tugas-tugas medsos pun isinya infografis. Saya buntu. Bikin apa ya? Lihat hasil kerja temen-temen jadi jiper. Akhirnya setelah telat dua hari, saya bikin infografis dengan rangkaian gambar yang pernah saya bayangkan sebelumnya.

Hasilnya? Menurut seorang teman, saya harus lebih rajin belajar. Beklaaah...Eh, abis itu, ngga ada tugas lagi, saya malah ngga bikin apa-apa. Mager banget, scroll explore IG. Astaghfirullah...Kapan naik kelas kalo begini.

Baca juga gimana caranya bahagia? Syukuri hidupmu dengan merayakan kehidupan 

Kembali ke bahasan tugas akhir. Akhirnya setelah seabreg hambatan, saya menemukan alur secara sayup-sayup. Paragraf pembuka masih gamang. Ini kesannya fiksi, tapi sebenarnya eksposisi. 

Jadilah saya menuliskan kembali pengalaman semasa hamil di tugas akhir. Ditambah satu pengalaman sekilas teman SMP dan pengalaman nyata istri dubes Prancis. Khusus pengalaman nyata istri Dubes Prancis ini saya dapat dari cerita Eyang NH.Dini (alm) saat kami bersua tahun 2016 silam.

Sayangnya karena artikel ditulis mepet deadline, hasilnya pasti tidak maksimal. Memang sih, ada yang bisa nulis keren meski dikejar waktu. Saya ternyata tidak bisa begitu. 

Artikel ini menurut saya tidak greget. Pengantarnya memang menarik karena berupa berupa kisahan. Judulnya Ibu, Jaga Anakmu, Jaga Kesehatan Mentalmu. Namun, tujuan penulisannya tidak lengkap. Saya tidak berhasil menyampaikan pembahasan tentang pentingnya kesehatan mental bagi ibu hamil

Data yang saya tulis masih sangat umum. Infografisnya pun garing abis alias sangat standar. Dengan hasil kerja demikian, saya harus tahu diri tidak boleh muluk-muluk. Jadi juara? Oh, please..Lain kali musti bikin tulisan yang lebih bagus supaya layak berharap jadi juara :D

Sebenernya ini kegagalan yang kesekian, tetapi saya merasa sangat kecewa pada diri sendiri. Jarang-jarang lho saya begini. Biasanya ya sudahlah..Besok diulang lagi. Eh, maksudnya diperbaiki. Kenapa sangat kecewa? Karena ternyata menjadi peserta Danone Digital Academy 2021 sangat prestisius. 

Kami yang 50 blogger dan vlogger ini terpilih dari 1000 orang yang mendaftar. Bagi saya ini kesempatan emas untuk bersungguh-sungguh menulis. 

Bukan hanya ini ajang prestisius, melainkan juga saya paham tema yang saya tulis. Selain itu, tulisan saya dibaca para juri yang mumpuni dengan background masing-masing.

Seleksi macam ini mengingatkan saya pada zaman ikut Tes CPNS 2012 silam. Saya termasuk 100 orang yang lolos seleksi administrasi Tes CPNS Komisi Yudisial RI. Kabarnya peserta yang mendaftar lebih dari 1000.  

Hati saat itu berbunga-bunga. Bunganya layu ketika skor Tes Kemampuan Dasar saya terlempar dari 50 besar. Penyebabnya? Jelas, menunda-nunda mengerjakan latihan soal. Begitulah..

Kebiasaan buruk ini harus diubah, diperbaiki hingga tak melekat lagi. Di usia segini, tentu itu bukan hal mudah. Tapi apa sih yang ngga bisa kalau kita berusaha? 

Demi kualitas hidup yang lebih benar, saya menelusuri bagaimana caranya memanajemen waktu dan konsentrasi? Hasil penelusuran itu saya tulis ulang di sini ya :)

3 Langkah Atasi Kebiasaan Menunda

1. Jauhkan sumber distraksi

Media sosial, media streaming, ngobrol di Whatsapp, dan sumber distraksi lain adalah penyebab menurunnya produktivitas kita. Saya ngalamin banget nih. Ketika sedang menulis, ada notif pesan masuk di WA. Cek WA, balas pesan lanjut cek pesan lain, terus begitu. Tiga puluh menit berlalu tak terasa. Belum lagi kalo pas scroll Instagram, cek Twitter, atau mampir ke marketplace. Tau-tau ide tulisan menguap, waktu abis. Ya udah, writerblock datang. Konyol banget deh..

2. Gunakan teknik podomoro

Saya pertama baca teknik podomoro di Pinterest sekian tahun lalu. Baru bener-bener dipraktikkan akhir-akhir ini. Cara kerja teknik ini adalah mengatur waktu kerja selama 25 menit lalu istirahat 5 menit lanjut kerja lagi 25 menit. Lakukan teknik ini sebanyak 4 sesi. Jadi 25x4 = 100 menit fokus kerja dengan selingan istirahat 5 menit setiap 25 menit. 

Fungsi teknik podomoro untuk memberi sesi-sesi pada pekerjaan kita. Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan tahap pekerjaan yang akan kita selesaikan. Lebih oke kalo kita pasang alarm untuk setiap 25 menit. Pas break, strict 5 menit ngga boleh bablas lho yaa :D

3. Formula 4 Kuadran

Formula 4 kuadran ini pernah saya baca di bukunya salah satu anchor Metro TV, Prabu Revolusi. Sekarang dia sudah pindah ke CNN Indonesia. 


cara cerdas atasi kebiasaan menunda

Dalam setiap aktivitas yang kita lakukan, pasti tidak semuanya bersifat mendesak. Pengelompokan mendesak, tidak mendesak, penting, dan tidak penting bagi setiap orang tentu berbeda. Sebenernya ada standarnya sih suatu keperluan itu disebut mendesak atau bisa didelegasikan. 

Setiap individu seharusnya bisa tegas menentukan prioritas pekerjaan. Ketegasan itu bisa menjadi parameter kedewasaan bersikap juga lho ;)

Contoh kasus, mana yang lebih mendesak antara menjawab telepon teman yg sedang mengalami prahara rumah tangga atau fokus menyelesaikan tulisan dengan DL hari ini? 😁

---

Buat kaum 'tar sok' alias penunda akut seperti saya bisa mencoba tiga langkah ini. Memang sih ngga sesimple teorinya, tapi kalo sungguh-sungguh dikerjain, in sya Allah pasti bisa. 

Distraksi memang mengacaukan fokus. Formula kuadran menjadi solusi mengatasi distraksi. Saya masih di fase merangkak dalam mempraktikkan formula kuadran ini. Yang pasti sih ala bisa karena biasa. Good luck untuk kita semua :)