Seduh Goceng. Sejak jatuh cinta pada kopi, saya ingin sekali bisa menyeduh kopi seperti yang dilakukan para barista. Namun, sekian tahun berlalu, keinginan itu tersimpan saja di hati. Saya tidak tahu bagaimana caranya bisa mengakses dapur tempat kerja barista. Jadi, selama bertahun- tahun, saya hanya bisa mengamati; melirik – lirik cara kerja mereka dari coffee bar.
Pernah suatu ketika saya hadir di acara temu barista setahun silam. Saat itu ya sama seperti para undangan, saya hanya mengamati dari dekat kelincahan barista meracik kopi lalu menyeduhnya. Mungkin saking lamanya keinginan itu terpendam, saya sudah lupa atau mengikhlaskan? Saya kira keduanya. :D
Ternyata Tuhan tidak hanya mengabulkan doa -doa yang dipanjatkan umatnya. Dia juga mendengarkan lalu mewujudkan keinginan yang tak terucap. Pada Rabu sore yang mendung, saya berkesempatan menyeduh kopi berikut tahapan – tahapannya di sebuah kedai kopi yang menurut pemiliknya, “Ini adalah minilab.”
Program Seduh Goceng
Mulanya seorang teman menginformasikan ada program seduh goceng di Kopi Dewa. Program ini isinya giling kopi sendiri, seduh sendiri, lalu cuci perkakas yang sudah dipakai pun sendiri. Kita cukup bayar goceng alias lima ribu rupiah. Saya langsung antusias dengan program ini. Seru banget nih bisa menyeduh kopi sendiri.
Setibanya di kedai Kopi Dewa, saya berjumpa Restu, sang pemilik, dan tiga orang pecinta kopi juga. Tiga orang ini tergabung dalam kelompok belajar yang dibentuk Kang Restu sejak beberapa tahun terakhir. Salah seorang dari mereka sudah mempunyai warung kopi sendiri. Ia secara berkala masih singgah ke Kopi Dewa. Selain untuk berbelanja kebutuhan warung kopinya, tentu saja bersilaturahim dengan sang guru. Dua orang lainnya mulai aktif mengikuti lomba barista. Malah ada yang berhasil menjadi juara lho.
|
suasana di Kopi Dewa (dok.indra) |
Yang paling menarik dari progran seduh goceng ini tentu saja sesi menyeduh kopi. Restu membebaskan kita memilih minuman kopi apa yang akan diseduh. Selama ini saya penasaran banget dengan V60. Minuman yang disajikan dalam coffee dripper beserta gelas - gelas kecil menarik perhatian saya. Mulai dari namanya yang unik, proses peyeduhannya hingga penyajian. Belum lagi harga V60 ini di beberapa kedai kopi yang pernah saya singgahi harganya lumayan.
Demi menuntaskan penasaran terpendam, saya memilih V60. Sebelum menyeduh, saya memilih biji kopi dulu. Ada bermacam - macam jenis biji kopi dalam toples. Saya memilih ciwidey natural. Biji kopi ini tergolong arabica. Saya sedang menyukai kopi arabica. Rasa asamnya mengesankan lidah.
|
peralatan meracik kopi (dok. Indra) |
|
menggiling kopi (dok. Indra) |
Setelah biji kopi digiling hingga tingkat kehalusan yang diinginkan, waktunya memasak air. Selama menunggu air mendidih, peralatan V60 disiapkan. Ada ketel dengan leher menyerupai leher angsa. Tipis, panjang, dan mulutnya pun menyerupai paruh angsa. Timbangan digital untuk menakar kopi supaya tepat ukurannya. Gelas V60 dripper dan kertas filter di atasnya. Ternyata, pola ulir di gelas V60 berbeda - beda. Makin rumit, makin mahal harga gelasnya. Perbedaan itu juga menentukan rasa hasil seduhannya.
|
beda - beda polanya (dok. Indra) |
Penyeduhan kopi V60 dilakukan secara manual. Inilah yang dimaksud dengan brewing manual. Saya sering menjumpai harga kopi brewing manual lebih tinggi ketimbang kopi yang diseduh dengan mesin. Ternyata brewing manual memang harus pakai rasa. Ya, rasa saat kita mengalirkan air pada kopi di atas filter. Pelahan dan konstan.
|
sesi menyeduh (dok. Indra) |
Ngomong - ngomong tentang 'rasa' ketika brewing manual, mungkin 'rasa' itu pula yang harus dimiliki barista saat ia membuat latte art. Gerakan melukis di atas kopi.
Setelah tahapan brewing manual selesai, waktunya saya menikmati kopi seduhan sendiri. Rasanya? Hm..karena tadi saya melampaui waktu yang ditentukan saat menuang air ke filter, rasa kopi saya tidak pekat. Ehm...kita bisa menyebutnya caweran :)))
Salah satu tujuan minum kopi tanpa gula sebenarnya agar kita bisa menyesap rasa asli kopi yang keluar setelah diseduh. Ada yang rasanya pekat, ada yang ringan, ada yang muncul rasa buah, dan sebagainnya. Kalau sudah ditambah gula, biasanya rasa asli kopinya tidak mudah terdeteksi.
|
menyesap hasil seduhan sendiri (dok. Indra) |
"Di sini biasanya hasil brewing diminum bareng. Nanti masing - masing komentar gimana rasanya. Setelah itu, bergantian brewing. Dari beberapa orang yang melakukan brewing manual, bisa disimpulkan siapa yang paling oke hasilnya, cerita Restu tentang program brewing yang ada di minilabnya.
Usai menghabiskan 250 ml kopi V60, saya bergegas mencuci perkakas yang sudah saya gunakan. Gelas terakhir selesai saya cuci. Selesai juga semua tahapan seduh gocengnya.
|
sesi terakhir (dok. Indra) |
Sekilas tentang Kopi Dewa
Sesuai dengan tujuan awal mendirikan Kopi Dewa, Restu memang serius mengelola Kopi Dewa sebagai mini lab. Ia mengedukasi orang - orang tentang kopi baik secara online maupun offline. Agar lebih efektif, Restu, yang dulunya PNS lalu resign demi kopi, membentuk kelompok - kelompok belajar brewing dan tasting kopi. Ada ratusan orang yang sudah bergabung dengan kelompok belajar bentukan Restu dalam beberapa tahun terakhir.
Karena diniatkan sebagai laboratorium belajar mengenal dan menyeduh kopi, perkakas yang digunakan pun serupa dengan yang ada di laboratorium. Oh ya, Takhanya mahir meracik dan menyeduh kopi, kemampuan Restu meracik dan menyeduh teh sama mahirnya. Kita akan menjumpai aneka varian teh di Kopi Dewa. Mulai dari teh hitam yang populer, teh hijau, sampai teh putih.
Buat kamu pecinta kopi yang tertarik belajar brewing, sebagai langkah awal, kamu bisa ikutan program seduh goceng di Kopi Dewa. Alamatnya di jalan Bahagia Permai Raya No. 2 Kompleks Bahagia Permai, Margacinta, Buah Batu, Bandung. Restu sangat welcome pada customer yang tertarik untuk belajar. Lebih mantap lagi kalau bergabung dalam kelompok belajarnya. Untuk info lebih lanjut, sila singgah ke akun Instagram Kopi Dewa. Banyak info terbaru di sana.
|
Kira - kira yang mana pemiliknya? (dok. Indra) |