Showing posts with label literasi. Show all posts

Review Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Jatuh Cinta Bisa Semelelahkan Itu

Puthut EA  Mojok 2019

Banyak ungkapan tentang cinta. Karena pengalaman cinta sangat personal, kesimpulan tentang cinta sejati tidak pernah sama. Berbagai kesimpulan bertebaran di pikiran setiap orang. Cinta adalah kenangan, begitu bunyi salah satu lirik lagu. Cinta tak harus memiliki, itu ungkapan ketidakberdayaan ketika semesta tak berpihak pada si pecinta.

Bagaimana dengan cinta tak pernah tepat waktu?Berapa banyak yang mengamininya? Mungkin barisan patah hati ada di kelompok ini. Berseberangan dengan mereka yang meyakini cinta datang pada waktunya. Sebenarnya sekilas mungkin berbeda, padahal maknanya menjawab kegusaran dari barisan patah hati.

Novel karya Puthut EA yang sudah masuk cetakan kelima ini membahas tentang cinta yang tak pernah tepat waktu. Adakah yang langsung nyesek begitu baca judulnya? Aku banget, teriak batinnya. Buat kamu yang merasa senasib, teruslah berjalan dengan keyakinan setelah badai pasti ada terang.

 Sinopsis Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Adalah tokoh aku yang tidak disebutkan namanya sejak halaman pertama. Aku digambarkan sebagai laki-laki yang secara fisik sangat mudah menarik perhatian perempuan. Cerita dibuka oleh prolog Aku. Ia merindukan hangatnya sebuah hubungan. Sayangnya ia takut jatuh cinta lagi. Ia tak mau menambah barisan hati yang tersakiti.

Premis novel ini adalah trauma parah akibat kandasnya kisah cinta. Pada seratus halaman pertama, kita akan terus menerka latar belakang trauma. Perempuan-perempuan datang silih berganti. Tak satu pun yang berhasil menetap lama di hati sang tokoh Aku.

Setiap ia merasa jatuh cinta, saat itu pula batinnya berkecamuk mengingat luka lama yang masih sulit sembuh. Ada masa dia menikmati nuansa kasmaran berminggu-minggu lamanya. Ketika gayung bersambut, ia malah kelimpungan. Lanjut atau cukup?

Sebelum selalu merasa ragu untuk mencintai orang baru, sang tokoh Aku pernah menjalin relasi serius dengan seorang perempuan. Lia namanya. Namun, ada satu titik yang membuat ia menyerah melanjutkan relasi mereka. Ia merasa harus menyembuhkan dirinya dari trauma parah akibat perempuan masa lalu.

Setelah bertahun bergantung pada obat antidepresi, sejak mengenal yoga dan meditasi, ia putuskan berhenti mengonsumsi obat-obat itu. Setiap negativitas menyerang, ia mengatur pernapasan, memfokuskan pikiran, dan melakukan yoga. 

Baca juga Pesan Cinta dari Raisya

Terapi itu berhasil meringankan sakitnya. Pelahan ia mulai bisa mengendalikan diri. Ia pun bisa lebih santai ketika ada trigger yang melemparnya ke ingatan sumber luka. Ketekunannya beryoga dan meditasi berhasil menyembuhkan luka. Ia bahkan sudah lebih tangguh ketika perempuan sumber luka itu menyapanya lagi lewat telepon.

Singkat cerita, tokoh Aku kembali jatuh cinta. Sayangnya ia kehilangan keberanian untuk berkenalan. Dengan mengandalkan teman-temannya, ia tahu nama perempuan itu. Ternyata pemilik kafe sekaligus mahasiswi Kedokteran Gigi. Semangat meraih cinta kembali menggebu. Namun, sekejap surut ketika tahu perempuan itu sudah menikah. Ia pasrah lalu melanjutkan hidup.

Suatu kesempatan tak terduga mempertemukannya dengan si perempuan dalam perjalanan kereta. Mulanya canggung kemudian mengalir. Ternyata, perempuan ini menyimpan hati untuknya. Namun, tokoh Aku kalah cepat. Bunga pujaannya keburu dipetik kumbang lain. Padahal seandainya ia berani berkenalan, niscaya mereka sudah menjadi pasangan. Sayang sekali, cinta rasanya tak pernah tepat waktu untuknya..

Pengakuan menyakitkan itu membuat Aku tak kuasa melanjutkan perjalanan kereta bersama perempuan yang masih mengisi hati meski tak bisa ia miliki. Ia tak kuasa menahan patah hatinya. Masih dinihari, tujuannya masih jauh. Ia turun dari kereta, menyesali kepengecutannya. Cerita berakhir. Menggantung, tapi nyesek.

Simpulan Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu


Puthut EA penulis Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Novel karya Puthut Ea ini pertama kali dicetak Mei 2005 oleh Penerbit EA Books. Pada cetakan kelima tahun 2019, novel ini dicetak Penerbit Mojok. Puthut EA sang pendiri Mojok secara implisit membagikan filosofi tentang percintaan. Jatuh bangun tokoh Aku mencari cinta sejak bab pertama hingga halaman terakhir menciptakan rasa kasihan, gemas, terpuruk, juga satire yang terselip dalam obrolan-obrolan.

Kelihaian Puthut merangkai alur maju mundur membuat pembaca semakin penasaran. Ada apa dengan tokoh Aku? Kisah cinta seperti apa yang membuatnya menjadi seterpuruk itu? Dengan setting pekerjaan penulis berikut gaya hidupnya membuat penulis membangun kesan tentang Aku yang introvert, penuh luka, tapi cukup mapan secara finansial.

Novel ini bisa menjadi bacaan untuk referensi mengelola patah hati yang terus berkelanjutan. Kisah tokoh Aku yang menurut penulisnya adalah kisah nyata bisa menjadi refleksi juga tips cara mengatasi patah hati. Bahkan Hanung Bramantyo pun terkesan pada ceritanya. Novel ini menjadi skenario film. Syutingnya sudah selesai. Tinggal tunggu premiere lalu kita bisa menontonnya di jaringan bioskop di Tanah Air. 

Mau tahu siapa pemeran tokoh Aku? Si ganteng Refalhady, gaes. Pemeran Mas Bian yang berhasil mencuri hati jutaan perempuan di Indonesia bahkan hingga negeri jiran, Malaysia. Bersama Carissa Peruset, Dewi Irawan, Slamet Rahardjo, dan aktris Malaysia, kita tunggu bagaimana Hanung menerjemahkan novel ini dalam film. Kabarnya sih alurnya dibuat berbeda. Jadi ngga sabar ..

Inspirasi Karya Pramoedya dan Nh. Dini bagi Saya

Adakalanya pilihan yang diambil di masa kini terinspirasi dari banyak hal di masa lalu, salah satunya buku - buku yang pernah kita baca. Saya kira pasti banyak yang mengalaminya. Untuk sebagian orang, ada yang mengingat penulisnya. Ada juga yang hanya ingat isi bukunya, tapi lupa banget siapa penulisnya. 

Saya sendiri cenderung mengingat penulis buku - buku yang memengaruhi cara saya memandang dunia dan kehidupan yang berjalan di dalamnya. Dari sekian buku yang saya baca, dari sekian penulis yang berpengaruh dalam pola pikir saya, ada dua nama yang saya akui berperan sangat penting dalam perjalanan saya sebagai perempuan dan manusia.

Pramoedya Ananta Toer

Saya mengenal karyanya pertama kali pada tahun 2000. Kala itu, saya duduk di semester empat. Selepas mengisi diklat jurnalistik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, panitia memberi buku Bumi Manusia sebagai cindera mata. Perasaannya double saat itu. Bumi Manusia menjadi buah dari hasil sebagai pemateri jurnalistik pertama kali dalam hidup saya kala itu. Perasaan lain karena selama ini sering mendengar nama besar si penulis, tapi belum benar - benar membaca karyanya.

Bumi Manusia menjadi pintu pembuka bagi saya mengenal nasionalisme. Novel ini pun menjadi catatan penting di ingatan saya tentang seorang intelekual harus suci sejak dari pikiran. Tiga judul lanjutannya dari tetralogi Pulau Buru, yaitu Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah kaca membuka mata saya tentang tajamnya pena mengubah dunia.


Saya kira perjalanan Minke sebagai penulis hingga ia berhasil mendirikan surat kabar pertama di Indonesia menjadi inspirasi terkuat bagi saya untuk tetap berkecimpung di dunia penulisan sejak mahasiswa hingga hari ini. Dalam tetralogi Pulau Buru, Pramoedya juga menceritakan perempuan - perempuan mandiri yang tahu dan yakin dengan jalan yang dipilihnya. Sebutlah beberapa nama, seperti Nyai Ontosoroh, Annelies, dan dua istri Minke lainnya. 

Sebenarnya saya sudah tidak terlalu bisa bercerita secara detail bagaimana pikiran - pikiran Pram memengaruhi cara berpikir saya. Yang paling membekas di ingatan dari semua karyanya adalah keberanian dan kemandirian. Ketika saya sudah mulai lupa, saat menonton musikalisasi puisi Pram di Kompas TV, saya seolah diingatkan lagi. Begini kurang lebih isi puisinya,

"Kita adalah manusia yang seharusnya bisa menciptakan kenyataan - kenyataan baru bukan mengekor belaka."
Begitu saya mendengar kalimat itu, saya seolah disadarkan tentang proses yang saya jalani sehingga membentuk diri saya saat ini. Saya kemudian mempertanyakan apakah Pram juga yang memengaruhi saya sehingga saya selalu vokal jika ada yang tidak sreg dengan pikiran  dan hati saya? Wallahualam.

Yang pasti semua karya Pram mengajarkan saya banyak hal, di antaranya adalah menghargai kemanusiaan, berani, dan mandiri. Menghargai kemanusiaan maknanya mengakui kelebihan dan kekurangan manusia, tidak menjudge juga tidak memuja berlebihan. 

Berani bukan berarti takpunya rasa takut.  Berani adalah berhasil mengatasi rasa takut. Sementara kesadaran untuk mandiri akan membuat kita merdeka dari ketergantungan. Yang pasti adalah diri sendiri.

Saya pun mengenal dan memahami nasionalisme dari karya - karya Pram. Tetralogi Pulau Buru menjelaskan dengan lugas makna nasionalisme. Nilai itu tersurat dan tersirat dalam perjuangan Minke. Melalui pena, ia berjuang mengangkat derajat masyarakat pribumi agar setara dengan masyarakat Eropa karena sejatinya kita sama - sama manusia. 


Pram menulis kehidupan di negeri ini berikut kegelisahan serta kritik pedasnya. Tentang in

trik politik, penindasan, ketidakadilan, harapan kemerdekaan, dan kebebasan menjalani kehidupan. Salah satunya dalam novel Arus Balik yang bercerita tentang kehancuran Kerajaan Majapahit dan masuknya Islam di Jawa. 

Konspirasi politik dalam novel Arus Balik sempat membuat saya rada shock. Pram menulis ada intrik politik yang dilakukan Raden Patah dan salah satu Sunan dari Wali Songo. Intrik politik itu berujung pada perebutan kekuasaan. Wallahualam. Yang pasti dari peristiwa itu saya menyimpulkan penulisan masuknya Islam tergantung pada siapa penulisnya. Sejarah bergantung pada sudut pandang sang penulisnya. 

Nh. Dini

Sebenarnya saya mulai membaca serius semua karya Nh. Dini pada tahun 2009. Kebetulan jarak antara perpustakaan umum Kota Sukabumi dan kantor tempat saya bekerja hanya selemparan batu. Apalagi banyak referensi buku sastra di sana. Jadi, setiap jam istirahat siang, saya selalu menyempatkan diri ke perpustakaan. 

Sebenarnya banyak buku sastra menarik yang saya pinjam dan baca dari perpustakaan saat itu. Namun, karya - karya Nh. Dini melekat di hati. Mulanya memang bermula dari ketertarikan saya pada nilai - nilai spiritual yang beliau tulis dalam semua karyanya. 

Saya menyebutnya dengan spiritualitas perempuan Jawa. Keberserahan pada nasib, tetapi tidak pasrah begitu saja tanpa berbuat apa - apa. Spiritualitas ini kurang lebih sama dengan ajaran Tao di Cina. Mengikuti aliran air, tapi tidak hanyut. Kurang lebih begitu pemahamannya.

Saking penasarannya dengan spiritualitas yang ditulis Nh.Dini, saya ingin berjumpa dan berdiskusi banyak hal dengan beliau. Kebetulan spiritualitas adalah bidang yang saya geluti semasa kuliah di Filsafat dulu. Oh ya, spiritualitas bukan mistis. Spiritualitas adalah pengalaman personal dan perspektif setiap orang dalam memahami pesan - pesan kehidupan.

Serial autobiografi yang ditulis Nh.Dini menyiratkan spiritualitas Jawa yang sangat dalam. Pun dalam karya -karyanya yang lain, seperti Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, Jepun Negerinya Hiroko, Dari Parangakik ke Kampuchea, Istri Konsul, dan sebagainya. Keyakinannya yang amat kuat pada Gusti Allah membuat ia menjalani takdir dengan keberserahan penuh. Meskipun tinggal lama di Prancis berikut pergaulannya, ia tetap perempuan Jawa yang terikat pada kepercayaan leluhur. 

siswiyantisugi.com


Kekaguman dan rasa penasaran saya pada proses kreatif  Nh. Dini membuat saya mengontak Artie Ahmad, cucu spiritualnya agar bisa bertemu beliau. Akhirnya, pada Mei 2016, saya lupa tanggal persisnya, saya berkesempatan berjumpa dengan beliau di Kota Semarang.

Beliau bercerita panjang lebar tentang proses kreatifnya di dunia penulisan. Beliau biasa berpuasa saat menyelesaikan tulisan. Tujuannya untuk membersihkan hati dan pikiran agar tulisannya tulus dan lurus. Ini luar biasa menurut saya. Bahkan menulis pun termasuk kegiatan spiritual. 

Pilihan Nh. Dini menghabiskan masa sepuhnya di panti jompo menggambarkan pada saya betapa setiap orang seharusnya nyaman pada dirinya sendiri. Beliau di mata saya adalah seorang eksistensialis sama dengan Pramoedya. 

Mungkin sejatinya setiap penulis adalah seorang eksistensialis. Menjadi penulis berarti memperjuangkan nilai - nilai yang diyakininya benar meski itu subjektif. Yang pasti tanggung jawab moral melekat pada setiap tulisannya. Tanggung jawab moral menghargai dan membela kemanusiaan. Salam.. 



Blogger Creative Writing Course Bersama TBI

Bagi saya, bisa ikut kursus menulis kreatif alias creative writing yang digagas ISB bersama TBI sebenarnya semacam harapan yang dikabulkan. Sudah sejak lama saya ingin ikut kelas creative writing dalam bahasa Inggris. Alasannya tentu saja untuk mengasah kemampuan bahasa Inggris saya di dunia menulis. Selain memang untuk menambah soft skill, alasan lain untuk memperluas jaringan kerja. Permintaan menjadi content writer berbahasa Inggris beberapa kali datang, tetapi saya tidak cukup percaya diri untuk menerimanya. Saya masih harus mengasah kemampuan bahasa Inggris, terutama secara tulisan untuk mendukung pekerjaan saya saat ini.



Pucuk dicinta ulam pun tiba. Setelah  cukup lama mencari tempat kursus creative writing dan takkunjung dapat, awal Agustus lalu, saya berkesempatan mengikuti short course creative writing dari TBI. Kursus singkat selama tiga hari ini dibimbing dua tentor TBI. Mereka adalah Mrs Grace dan Ms Irtish. Keduanya pengajar TBI cabang Dago, Bandung. 

FYI, semua pengajar TBI, baik asing maupun lokal adalah pengajar berpengalaman dan memiliki standar kualifikasi serta sertifikasi Internasional. Itu pula yang saya rasakan selama dibimbing Mrs Grace dan Ms. Irtish. Kedua tentor kami sangat membantu kami saat mennyampaikan pemikiran - pemikiran secara lisan. Mereke mensupport kami untuk aktif berdiskusi. Begitu pula saat mengoreksi tugas kami. Mrs Grace dan Ms Irtish begitu teliti memberikan penilaian, masukan dan saran.

Pada kursus daring ini, pelajaran di kelas menggunakan Zoom sebagai media interaksi dan Google Classroom sebagai media penyampaian materi secara tertulis. Selama tiga hari, sepuluh peserta yang terlibat dalam kursus singkat ini berdiskusi tentang materi - materi yang sering kami jumpai sebagai blogger. 


Materi Belajar Kursus Daring Creative Writing

  • Hari Pertama, 24 Agustus 2020

Pada hari pertama, kami diminta memperkenalkan diri dalam 100 kata. Perkenalan ini disampaikan secara tertulis padda salahs atu slide Google Class Room. Saya yang saat itu menggunakan ponsel sebagai media belajar amat kesulitan mengisi slide dalam Google Class Room. Akhirnya setelah menggunakan laptop, semua urusan dengan Google Class Room bisa diatasi. Yang sering bermasalah adalah sinyal internet. Putus nyambung putus nyambung kayak orang galau. Kesabaran dan ketangguhan saya benar -  benar diuji hari ini dan dua hari berikutnya.

Selesai perkenalan, materi selanjutnya review sebuah produk. Kami diberi contoh review sebuah produk dan diminta mempelajarinya secara berkelompok. Setelah berdiskusi, kami diberi tugas membuat review produk dalam bahasa Inggris. Tugas dikerjakan secara mandiri dan dikumpulkan esok harinya. 

Saya menulis review tentang laptop pink saya yang lelet. Ketiga tugas dikembalikan Mrs. Grace, saya cukup terharu dengan hasilnya. Apa hasilnya? banyak coretan. hihihi..Artinya apa? You know lah..

  • Hari Kedua, 25 Agustus 2020

Pada hari kedua, kami melanjutkan belajar menulis review. Kali ini, review tempat, seperti restoran atau kafe. Seperti pada hari pertama, kami dibagi dalam kelompok untuk berdiskusi. Materinya seputar grammar dan jenis kata yang digunakan saat menulis review tempat. 

Selesai berdiskusi di kelompok kecil, kami melanjutkan diskusi di kelompok besara. Tiga jam berlalu tanpa terasa. Tepat pukul 15.00 WIB, kelas selesai dan kami diberi tugas menulis review restoran atau kafe yang kami kunjungi dalam 100 kata.

  • Hari Ketiga, 26 Agustus 2020

Pada hari terakhir, saya sudah mulai mengenal beberapa teman dari ruang - ruang diskusi kami. Ada sembilan orang teman yang ikut kursus singkat ini. Alhamdulillah di hari ketiga, komunikasi kami semakin cair meski drama - drama seputar sinyal dan kesibukan di rumah tetap mewarnai.


siswiyantisugi.com



Kami berdiskusi tentang cara me-review benda yang ada di sekitar lalu dilanjutkan mengubah kalimat pasif menjadi aktif dan sebaliknya. Pada hari ketiga ini, ilmu kami semakin banyak. Grammar dan vocabulary yang semakin kaya.

Tiga hari yang amat berharga bagi saya. Kursus singkat ini menggerakkan pikiran dan tekad saya untuk lebih su rajin lagi mengasah kemampuan berbahasa Inggris. Caranya gimana? banyak membaca & merutinkan berbicara dalam bahasa Inggris.

Tentang TBI

The British Institute (TBI) didirikan pada 18 Februari 1984. TBI merupakan satu - satunya institusi pelatihan Bahasa Inggris di Indonesia yang disertifikasi oleh The University of Cambridge English. Salah satu kewenangan TBI adalah menjalankan kursus pelatihan CELTA (Certificates in Teaching English to Speakers of Other Languages). Kewenangan ini menjadikan TBI selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam pelatihan guru dan menjadi yang terdepan dalam segala metodologi pengajarannya. Takhanya itu, dengan kredibilitasnya sebagai salah satu institusi pendidikan yang fokus pada pembelajaran Bahasa Inggris, TBI menjadi tempat kursus bahasa Inggris terdepan dan pertama di Indonesia. 

Untuk merayakan ulang tahunnya yang ke - 36 tahun, TBI menyelenggarakan berbagai event. Beberapa di antaranya adalah lomba menulis, membuat vlog, kompetisi video, dan lain - lain. TBI berharap murid - murid semakin bersemangat dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka dengan cara yang menyenangkan.

TBI Dago -  Bandung


Lokasi Cabang TBI

Kalau kamu di Bandung dan ingin mengasah kemampuan bahasa Inggris, mempersiapkan ter IELTS dan TOEFL, atau berrmaksud mengikuti program teacher training setiap bulannya, kamu bisa datang ke TBI Dago. Lokasinya di jalan Dago No. 157 berdekatan dengan ITB, UNIKOM. ITHB, Unisba, dan sebagainya. 

Gimana dengan lokasi TBI di kota - kota lain di Indonesia? Simak daftar lokasinya di bawah ini yaa

1. Jakarta: Pondok Indah / Kuningan / Kelapa Gading
2. Cibubur
3. Depok
4. Tangerang : BSD / Gading Serpong
5. Malang

Sistem Pembelajaran

Seperti online short course creative writing yang saya ikuti tempo hari, sistem pembelajaran di TBI Dago ada tiga jenis :

  1. Face-to-face
  2. Online Learning
  3. Blended Learning 
Jadwal kelas TBI tersedia bervariasi dan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Kita bisa memilih kelas di antara Senin sampai dengan Sabtu. Pukul 10.00 – 21.00.

Berikut ini program kelas yang ada di TBI

1. Children
2. Pre Teen
3. Teen
4. Global English
5. Exam Preparation for TOEFL or IELTS test
6. Workshop
7. In-House Training
8. P.rivate Class
9. Blended Learning
10.One Learning
11.Teacher Training

Aktivitas Seru di TBI

  • Supporting acara - acara pendidikan, pentas seni, bundling program dll.
  • Special Promotion (Back to School, Back to Campus, TBI Anniversary, Year End dll).
  • All Year Programme (Pay one level get special discount, harga khusus untuk anggota keluarga, group promo dll).
  • Car Free Day 
  • Workshop gratis untuk sekolah, perusahaan, universitas, dan lembaga-lembaga pemerintahan maupun pendidikan.
  • Bekerjasama dengan Indosat untuk program acara Ranking 1.
  • Aktif melakukan exhibition di mall-mall dan sekolah dan atau universitas

Upcoming Promo
Back to Campus: Special Discount 20% + lucky dip (Study Voucher, Merchandise, dll) Only in  September 2020.

Seru nih upcoming promonya. Sayang banget kalo dilewatkan. Oh ya, sekadar info buat kamu yang ingin ikut kelas creative writing di TBI, kamu bisa mengumpulkan teman - teman sebanyak sepuluh orang sebagai syarat utama pembukaan kelas creative writing.  Yuk, gabung dan makin terasaha kemampuan bahasa Inggris kita bareng TBI. 


5 Hal Yang Harus Dilakukan untuk Menjadi Penulis



Kata Umar Kayam, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Mengapa demikian? Jawabannya bisa beragam. Salah satunya bisa kita baca pendapat Kak Steffi di blognya. Kalau menurut saya, dengan menulis, kita meninggalkan jejak untuk orang – orang di masa kita hidup dan setelah kita meninggalkan dunia ini. Jangan dulu membayangkan kita sebagai penulis besar, seperti Umar Kayam yang saya kutip quote-nya, JK. Rowling, Dan Brown, Tere Liye, Eka Kurniawan atau Dee Lestari. Cukuplah dulu membayangkan anak cucu kita membaca isi blog kita atau pembaca buku – buku yang sudah kita tulis meski tidak masuk kategori best seller. 

Penulis bukan profesi biasa. Itu menurut saya. Dunia menulis yang amat luas ini memberikan kesempatan bagi semua orang untuk mengembangkan pemikirannya. Dengan menulis pula, seseorang mencatat perjalanan hidupnya sebagai sejarah kehidupannya. Caranya bisa beragam, medianya bisa bermacam – macam. Terlebih di era internet of things saat ini, profesi penulis tidak melulu menggunakan media buku, tetapi juga blog, caption di berbagai platform, dan sebagainya. 
Penulis merupakan profesi yang diimpikan banyak orang. Profesi yang seringkali menimbulkan decak kagum bagi orang sekitar. Jadi, wajar kan kalau dari zaman ke zaman, semakin banyak orang yang ingin menjadi penulis? Apa indikasinya? Kursus menulis bertebaran baik secara daring maupun luring. Ada yang menawarkan kursus menulis opini, caption untuk digital marketing atau copywriting, aneka karya fiksi, bahkan kursus menjadi ghost writer bisa kita jumpai. 

Begitu pula dengan beragam tawaran menerbitkan buku secara indie, yakni penulis membiayai penerbitan bukunya sendiri. Dunia menulis kini semakin popular dan memikat semua kalangan. Nah, kalian yang membaca tulisan ini, sebagian besar pasti sudah terbiasa menulis atau saat ini sedang membiasakan diri menulis. Betul ngga? 

Meskipun sudah amat banyak tulisan yang membahas tentang tips menjadi penulis, saya tetep ingin membagi tips bertema sama juga untuk teman – teman. Ini selain tips, juga pengingat abadi untuk saya yang masih belum terlalu fokus di dunia ini. 

Sebesar apa keinginanmu menjadi penulis? Apa saja yang sudah kamu lakukan agar ada di jalur yang tepat? Semoga 5 Tips ini bisa menjadi masukan buatmu. 

Lakukan 5 Hal Ini untuk Menjadi Penulis 

1. Menulis setiap hari 

Walaupun dalam sehari kita hanya menulis 1 – 2 paragraf, yang penting takada hari yang kita lewatkan tanpa menulis. Bagaimana dengan menulis caption di Instagram, misalnya? Itu pun takapa. Saya yakin jika passion kita menjadi penulis, pasti tulisan kita tidak akan berhenti di caption saja. Besok bisa saja 1 – 2 paragraf di caption itu kita kembangkan menjadi tulisan di blog; menjadi tulisan opini yang bisa kita kirimkan ke media lain, seperti mojok, IDN Times, detik.com, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Tempo, dsb. 

2. Bacalah Karya – karya Terbaik 



Penilaian terhadap kualitas karya memang subjektif. Karya bagus menurut saya bisa jadi berbeda dalam pandanganmu. Itu bukan masalah. Yang penting temukan buku yang menurutmu bagus dan kamu menyukainya. Selanjutnya lakukan perbandingan, coba ukur tulisanmu sudah sampai mana? Mendekati sekian persen atau masih ribuan kilo jauhnya? 

3. Kenali potensimu 

Tulisan apa yang paling sreg dengan dirimu? Apakah fiksi atau nonfiksi? Apakah tulisan motivasi atau perjalanan? Gali potensimu seluas mungkin. Mulailah dari mengamati lingkungan sekitar. Otak kita akan menyeleksi secara otomatis setiap peristiwa yang sesuai dengan minat kita terhadap suatu tema dalam kehidupan. Selanjutnya uraikan kembali semua hal yang sudah direkam otak kita pada tulisan. Itulah salah satu fungsi menulis setiap hari. Merekam ingatan secara permanen. 

4. Ikutlah kelas atau workshop menulis 

Investasikan passion menulismu melalui kelas atau workshop menulis. Banyak penulis sukses belajar menulis secara otodidak. Namun, takada salahnya kita mengikuti kelas menulis. Untuk apa? Selain mengasah keterampilan menulis hingga mahir, kita juga bisa mendapatkan feedback dari trainer atau mentor menulis kita. Kelas menulis berbayar pasti fasilitasnya tidak main – main. Selain materi menulis yang sistematis, hal penting lain yang bisa kita dapat dari kelas menulis adalah feedback berkualitas. Tentu saja kuncinya memilih kelas menulis dengan mentor berkualitas. Dari mana kita tahu mentor ini berkualitas? Cek potrtofolionya dan siapa penyelenggaranya. 

5. Berani Gagal 

Sekalipun penulis termasuk profesi yang langgeng karena tak mengenal usia, perjalanan menjadi penulis tidak mudah. Ketika kita memutuskan menjadi penulis, kita harus berani menerima beragam penolakan. Akan ada yang bilang tulisan kita jelek. Padahal bisa saja itu soal selera. Belum tentu secara objektif, tulisan kita memang jelek. Apalagi kalau kita ikut lomba. Kualitas tulisan kadangkala mengikuti subjektivitas juri. 

Apa pun kendala yang kita hadapi, kita harus terus menulis. Tidak semua tulisan berhasil dengan sekali ‘tembak’, bisa jadi tulisan kita meleset dulu. Mungkin kita harus berkali – kali menembak sebelum akhirnya mencapai sasaran yang tepat. 

--- 

Faktor utama untuk menjadi penulis bergantung pada latihan; pada kerja keras. Meskipun ia berbakat menulis, tanpa kerja keras ia tetap kesulitan menghasilkan tulisan berkualitas. Menjadi penulis berarti mengasah kepekaan kita pada lingkungan, pada kejujuran diri sendiri, dan konsisten untuk terus - menerus mencoba. 

Selamat ‘bekerja keras’, teman - teman :)



Usir Stress dengan Automatic Writing


Ada kalanya kita tidak perlu mengedit apa pun isi tulisan kita. Membiarkan pena meliuk-liuk menuliskan apa saja atau jari-jari kita mengetik di keyboard tanpa harus mengecek nyambung nggak kata-katanya.

automatic writing
dok. pixabay.com

Banyak jalan mengusir stress, misalnya saat kita ada di kondisi overthinking seperti yang dialami Mbak Eny. Banyak cara yang bisa dilakukan agar hati kembali damai. 

Salah satunya dengan menulis secara otomatis atau nama populernya automatic writing. Saya membaca metode menulis ini pertama kali di majalah Yoga kurang lebih lima tahun lalu. Menarik sekali membiarkan jari dan perasaan berkolaborasi menuliskan semua kegundahan tanpa diatur pikiran.

Seperti dilansir dari psychicelements.com (13/10/17), ternyata automatic writing sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Automatic writing berkembang ke seluruh dunia sebagai gerakan spiritualitas. Metode menulis ini dipercaya bisa menjadi terapi pelepas stress. Mengapa demikian? Karena automatic writing dapat membantu seseorang menumpahkan semua negativitas yang ada di pikirannya tanpa diedit sama sekali.

Mulanya metode ini dipraktikkan di lembaga konsultasi kejiwaan. Setelah lama berjalan, terapi ini bisa dilakukan sendiri. Bagaimana caranya mempraktikkan automatic writing agar dapat melepas seluruh negativitas yang bersarang di hati dan pikiran kita? Berikut ini caranya.

9 Langkah Melakukan Automatic Writing

1. Siapkan pena dan kertas atau media lain yang nyaman sebagai alat menulis bagi Anda.

Ini yang unik dari automatic writing. Ketika era internet of things merajai kehidupan kita, semua aktivitas dilakukan hanya lewat ujung jari. Pencet sana, pencet sini, selesai. 
Pun dengan maraknya podcast membuat orang cukup bicara untuk membagikan pemikirannya. 

Pena dan kertas makin tertinggal di belakang. Kadangkala kita takpernah lagi menyentuh kertas dan pena untuk menuliskan semua rasa dan pikiran.

Ketika kita melakukan automatic writing, pena dan kertas menjadi senjata utama. Mengapa? saat kita menulis, pikiran kit abisa lebih fokus. Kita bisa menyampaikan semua rasa yang mengganjal melalui gerakan pena tanpa ada interupsi.

2. Setting tempat menulis di tempat yang tenang dan bebas gangguan

Automatic writing membutuhkan konsentrasi penuh. Aktivitas ini takbisa dilakukan secara multitasking. Sebenernya sama saja sih seperti saat kita menulis buku harian. Biasanya nggak bisa dilakukan di mana saja. Biasanya kita memilih tempat yang nyaman bebas gangguan. 

Jadi, pilihlah tempat yang mendukung penuh konsentrasi saat menulis. Kita yang paling tahu lokasi dan waktu yang tepat untuk menulis. Kalau saya, biasanya malam setelah orang rumah tidur. Sepi; sunyi, pas banget untuk menuangkan semua rasa dan pikiran dalam automatic writing.

3. Meditasilah sejenak. 

Atur napas kita. Tarik dan embuskan pelahan dengan teratur. Pengaturan napas bertujuan agar kita bisa fokus pada pikiran dan perasaan kita.

Kadangkala terlalu banyak pikiran lalu lalang membuat kita sulit meditasi. Itu takapa. Takperlu memaksa mengosongkan pikiran. Tetap atur pernapasan kita dan ikuti saja semua yang lalu lalang di benak kita. Lambat laun kita akan fokus juga.

4. Dengarkan musik relaksasi 

 Musik relaksasi bisa membantu kita memfokuskan pikiran. Pilihan musik jenis ini banyak, kita bisa mengeceknya di Spotify atau platform musik langganan kita yang lain. Saya paling suka musik instrumen atau suara percikan air. Suaranya menenangkan hati.

5. Mulailah menulis

Tuliskan semua yang ada di pikiran dan hati kita. Biarkan pertanyaan dan pernyataan mengalir dalam tulisan. Kita tidak perlu langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Kita juga tidak perlu merevisi pernyataan-pernyataan yang kita tuliskan.

Teruslah menulis dengan konstan. Sebagian orang menutup matanya saat menulis agar lebih konsentrasi, tetapi tidak sedikit yang membuka matanya.

6. Berhentilah sejenak apabila merasa buntu

Pada fase berhenti ini, jangan membaca tulisan apalagi merevisinya. Segera lanjutkan menulis setelah berhenti selama lima menit. Konsentrasi kita akan buyar jika berhenti terlalu lama.

7. Simpan dulu tulisan selama sekira satu jam sebelum kita membacanya. 

Setelah satu jam, kita bisa membaca tulisan tadi. Kita juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam tulisan. Yakinkan diri bahwa jawaban-jawaban itu positif dan solutif bagi kegelisahan yang kita rasakan. Karena itu, sangat penting menenangkan dan menjernihkan hati dan pikiran ketika kita mulai menulis.

8. “Practice makes perfect”. 

Biasakan melakukan automatic writing berturut-turut selama tiga puluh hari. Usahakan menjaga rutinitas menulis dengan melakukannya pada waktu yang sama selama tiga puluh hari itu.

9. Gunakan timer untuk mengatur waktu menulis 

Penggunaan timer bertujuan untuk membatasi waktu menulis sehingga kita tidak membuang waktu untuk berpikir atau menimbang-nimbang apa yang akan ditulis. 

---
Automatic writing berbeda dengan menulis kreatif. Peran intuisi dalam automatic writing sangat dominan.  Intuisi ini berperan dalam penyampaian perasaan dan pemikiran lewat tulisan. Sementara, creative writing mengedepankan peran akal dalam mengembangkan ide menjadi tulisan.

Saya kira di masa pendemi ini, automatic writing bisa menjadi pilihan. Metode menulis otomatis ini kiranya membantu kita mengurai tumpukan rasa dan pikiran. Tujuan akhirnya tentu saja melepas stress agar hati lebih ringan.

"The intuitive mind is a sacred gift and the rational mind is a faithful servant. We have created a society that honors the servant and has forgotten the gift.”
    - Albert Einstein -





Kreativitas Indari Mastuti Mengepakkan Sayap Indscript Creative

Awal Februari lalu, saya dan beberapa teman blogger berkunjung ke markas Indscript Creative di kawasan Mohamad Toha, Bandung. Pada kesempatan itu, kami berjumpa dengan pendiri sekaligus pemilik Indscript Creative, Indari Mastuti. Ia bercerita banyak tentang perjalanan Indscript Creative yang bermula dari keinginan berbagi ilmu kepenulisan kepada kaum perempuan. Kebaikan berbagi juga  bisa kita baca di tulisan Mbak Nurhilmiyah.

Kembali ke perbincangan bersama Indari Mastuti. Ibu dua anak ini menyambut kami di kantor sekaligus rumahnya. Dengan visi small home high income, Indari merintis usahanya dari rumah. Ia bertekad membangun Indscript yang mulanya bergerak di bidang agen naskah menjadi penerbit. Penerbitan ini diharapkan bisa menjadi wadah kreativitas kaum perempuan baik lokal, regional, maupun internasional.

Indari Mastuti

Di ruang tamu, Indari bercerita banyak tentang jatuh bangun perjalanannya membesarkan Inscript Creative tiga belas tahun lalu. Saya mengenal Indscipt Creative sebagai agen naskah sekira sepuluh tahun lalu. Dulu itu, saya ikut seleksi naskah antologi judulnya A Storycake of Ramadhan. Alhamdulillah lolos. Buku antologi  itu menjadi salah satu motivasi saya untuk terus ikut seleksi buku- buku antologi lain dengan beragam tema.

Kembali ke perjalanan Indari. Ibu dua putri ini menulis sejak usia remaja. Menulis baginya adalah pelarian dari hidup yang menurutnya tidak menyenangkan.

"Saya berasal dari unhappy family. Meskipun kedua orangtua tidak bercerai, tetapi suasana di keluarga tidak bahagia. Saya akhirnya menulis untuk melepaskan ketidakbahagiaan itu. Menulis menyelamatkan saya." 

Belajar dari pengalaman pribadinya itulah, Indari bertekad untuk terus menulis dan membagi kemampuan menulisnya pada banyak perempuan agar hidup mereka pun lebih bahagia. Pengalaman menulisnya dimulai sejak ia sekolah hingga menjadi penulis profesional.

Hingga hari ini, tulisan - tulisannya sudah punya harga yang terbilang tinggi. Indari menekankan besaran fee yang diterimanya saat ini merupakan buah dari proses panjang sejak belasan tahun silam. "Kita harus menjalani prosesnya dulu. Kalau masih pemula, jangan minta terlalu tinggi, diterima dulu aja. Semakin banyak jam terbang kita, semakin tinggi pula nilai kita. Yang harus diingat adalah portofolio dan pengalaman tidak bisa dinilai dengan uang. Itu yang harus menjadi landasan pemikiran," jelas Indari.

Kepak Sayap Indscript Creative


Indari Mastuti

1. Komunitas Ibu - Ibu Doyan Nulis

Setelah berkecimpung lama di dunia penulisan, Indari pun membentuk komunitas menulis khusus perempuan. Komunitas ini ia bentuk secara online di jejaring Facebook. Nama komunitasnya adalah Ibu - ibu Doyan Nulis atau yang populer disebut IIDN. Anggotanya sekarang kurang lebih sudah 21 ribu orang dari seluruh Indonesia.

Indari pun sangat rajin mengirim tips - tips menulis melalui inbox para anggotanya. Saking semangatnya berbagi tips menulis, beberapa dari anggotanya keberatan dengan gencarnya tips menulis yang masuk inbox dia. Ada yang keluar dari grup karena merasa tips - tips menulis yang dikirimkan Indari mengganggunya.

Lama kelamaan, Indari pun merasa jumlah tips yang ia bagikan setiap hari ternyata terlalu banyak. Akhirnya ia pun mengurangi frekuensi membagi tips setiap hari. Kalau sehari bisa sampai empat misalnya, selanjutnya ia membatasi dua - tiga saja.

Sampai akhirnya, tips - tips menulis itu amat berguna bagi para anggota IIDN. Sebagian besar berhasil menulis buku dan menerbitkannya. Keberhasilan itu ternyata membuat orang - orang yang dulu keluar dari grup IIDN atau mengkritik Indari kembali bergabung dengan IIDN.

Setelah IIDN terbentuk, ternyata banyak juga para ibu yang bergabung ini lebih tertarik pada dunia bisnis. Karena itu, sebagian dari mereka sering mempromosikan barang -barang jualannya di beranda grup IIDN. Melihat aktivitas itu, Indari pun menegur mereka. "Kita kan grup nulis, ayo pada nulis, jangan jualan melulu."

2. Komunitas Ibu - Ibu Doyan Bisnis

Berhubung passion para ibu itu berdagang bukan menulis, mereka tetap kesulitan menulis. Akhirnya melihat potensi itu, Indari membentuk komunitas baru secara online untuk mengakomodasi mereka. Namanya Ibu - Ibu Doyan Bisnis. Komunitas yang membuat para ibu semakin semangat berbisnis karena ada wadahnya.

Sejak dibentuk 28 Desember 2011 lalu, komunitas Ibu - Ibu Doyan Bisnis sudah beranggotakan 42 ribu orang. Jumlahnya jauh lebih banyak daripada komunitas Ibu - Ibu Doyan Nulis sebanyak 21 ribu orang hingga Februari 2020.

Mengapa anggota komunitas menulis lebih sedikit ketimbang komunitas bisnis? Alasannya karena menulis adalah proses jangka panjang. Perlu waktu untuk mengasah kemampuan menulis kemudian berhasil menelurkan karya berupa buku. Berbeda dengan komunitas bisnis, anggota memosting produk, laku, dapat duit. Prosesnya relatif lebih cepat.

3. Sekolah Perempuan 

Seiring perjalanan dua komunitas ini, Indari melihat anggota yang berhasil menjadi penulis masih sedikit. Setelah ditelaah, penyebabnya adalah penyajian materi tips menulis yang tidak terstruktur. Akhirnya pada 17 Agustus tahun 2013, Indari mendirikan Sekolah Perempuan yang langsung ia buat menjadi Yayasan Sekolah Perempuan Indonesia.

Sekolah Perempuan didirikan untuk melahirkan banyak penulis buku. Biaya pendaftarannya Rp 1 juta. Di Sekolah Perempuan, para peserta belajar tentang cara mencari ide, mengembangkan ide, membuat  outline, mengolahnya menjadi tulisan hingga cara memasarkan buku karyanya.

Sekolah ini awalnya diselenggarakan secara offline dan berbayar. Setelah 24 angkatan bergulir, kini Sekolah Perempuan diselenggarakan secara online dan gratis. Selain belajar teknik menulis, mereka yang belajar di Sekolah Perempuan ini juga mendapat pelajaran marketing, yakni cara mempromosikan buku - buku mereka.

Pilihan menjadi online karena pertimbangan tempat dan Indari yang tidak terlalu nyaman jika banyak berkegiatan secara offline. Materi yang diberikan di Sekolah Perempuan disampaikan lewat telegram, webinar, dan skype.

Karena aktivitas mengajar dan berbisnis serba-online, Sekolah Perempuan beberapa kali mendapat kunjungan studi banding dari beberapa negara di dunia, seperti Perancis, Singapura, Amerika, dan Nepal yang datang ke markas Indscript. Begitu sampai lokasi, mereka kaget juga, "Gimana bisa mengajar di tempat sekecil ini?"

Dari kunjungan berbagai negara itu, Sekolah Perempuan bisa membuktikan bahwa dari rumah yang kecil bisa mengembangkan kemampuan puluhan ribu perempuan di dunia penulisan.

3. Indscript Training Centre

Selanjutnya, pada tahun 2014, Indari mendirikan Indscript Training Centre. Di sana ia membagi pengalamannya dalam mengelola bisnis Indscript Creative. Di lembaga ini, Indari membuka kelas 'bangkit dari bangkrut' sebagai cara ia membagi pengalamannya sendiri pada tahun 2010 silam. Di Indscript Training Centre, Indari juga memproduksi produk - produk yang berhubungan dengan dunia penulisan, selain buku. Misalnya board game tentang penulisan, buku-buku agenda, dan sebagainya.

4. Emak Pintar 

Ini adalah komunitas tempat semua anggota komunitas yang ada di bawah naungan Indscript Creative membagi ilmunya kepada sesama anggota. Jadi, di komunitas Emak Pintar ini semua keahlian berkumpul, tidak hanya mereka yang jago nulis, tetapi juga jago bisnis. Mereka berrbagi tips dan teknik menulis dan berbisnis yang dianggap bermanfaat bagi sesama anggota.

---

Kunci keberhasilan Indari mengelola bisnisnya selama belasan tahun adalah terus melakukan inovasi tanpa henti. Indari menekankan dunia penulisan amat luas. Menulis bukan hanya buku, melainkan bisa juga di blog, copy writing, script writing, bahkan kita bisa memproduksi berbagai produk yang tetap berhubungan dengan dunia penulisan.

Kita juga bisa membagi ilmu penulisan lewat mengajar. Saat ini traning menulis bertebaran karena semakin banyak perempuan yang tertarik di dunia penulisan.








Resensi Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta

https://www.siswiyantisugi.com


Resensi Buku cerita anak Aku dan Alam Semesta. Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar kata alam semesta?

Langit, matahari, bintang, pelangi, bulan, planet, apa lagi?

Alam semesta adalah kesatuan yang membangun kehidupan dalam perjalanan kita sebagai manusia.

Berangkat dari pemikiran itu, De Laras menuangkannya dalam kumpulan cerita anak berjudul Aku dan Alam Semesta.

Sinopsis Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta


Buku cerita anak Aku dan Alam Semesta berisi sepuluh cerita pendek yang berisi tentang lingkungan dan kekayaan alam serta budaya di Indonesia. 

 Cerita pertama berjudul Venus, Kejoraku. Tokoh utama berbagi kisah tentang sebutan bintang kejora pada planet Venus semasa ia kanak – kanak. Setelah mulai bersekolah dan belajar tentang benda -benda langit, ia baru paham venus bukanlah bintang kejora.


https://www.siswiyantisugi.com
gambar yang memanjakan mata (dokpri)
“Planet Venus tidak memancarkan cahaya. Ia hanya memantulkan cahaya dari matahari. Pantulannya itulah yang kita lihat dari sini,” lanjut ayah memberikan penjelasan. (hlm. 6)


Sebagai pembuka, penjelasan ilmiah tentang Venus menjadi daya tarik bagi pembaca. Mereka menjadi ingin tahu cerita apa lagi yang ada di sembilan kisah lainnya. Apakah ada pembahasan lagi tentang antariksa seperti yang tergambar pada gambar sampulnya? Mungkin itu yang terlintas dalam pikiran sebagian pembaca.

Cerita kedua berkisah tentang Ucok pemburu koin dari Huta. Di manakah Huta? Lokasinya ada di Pulau Samosir, Sumatra Utara. Cerita ketiga mengajak pembaca menghitung sekaligus membayangkan jarak bintang dari kaki Gunung Bromo. Rumus menghitungnya pun disampaikan dalam kalimat percakapan. Ada juga rumus dalam gambar.

Kehidupan nelayan diceritakan pada cerita keempat. Membaca curahan hati Bahari, si tokoh utama, mengingatkan saya pada kisah anak pantai yang dipaksa sekolah yang pernah saya baca semasa SD dulu. Sementara kisah Mira dan Otto pada cerita kelima dan keenam berisi pengetahuan proses pewarnaan kain tenun dan pelestarian lingkungan di Nusa Tenggara Timur.

Cerita ketujuh bercerita tentang Ronggur yang ingin menjadi nakhoda seperti kakeknya. Latar cerita ada di Sumatera Utara. Dua cerita setelahnya berlatar daerah di Jawa Tengah. Salah satunya berjudul Teh Telang dan Pelangi. Cerita ini menjawab pertanyaan saya pada tulisan sebelumnya Launching Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta  Kumpulan cerita ini ditutup oleh kisah Aki baik hati pemilik perkebunan kopi dan sayur - mayur yang tinggal di daerah Jawa Barat.

Simpulan Isi Buku Cerita Aku dan Alam Semesta


Membaca sepuluh cerita dalam buku ini membuat saya semakin mencintai keragaman Indonesia. De Laras, nama pena yang dipilih Diadjeng Laraswati Hanindyani, dengan fasih mengupas astronomi dan pelestarian lingkungan dalam bingkai  kekayaan budaya di negeri ini.  

https://www.siswiyantisugi.com
sketsa yang memikat (dokpri)
De Laras menulis kisah anak -anak di berbagai provinsi beserta permasalahannya masing -masing. Empat cerita membahas persoalan lingkungan hidup dan upaya pemecahannya. Enam cerita lainnya berbagi kisah tentang keindahan alam semesta. Bahkan di cerita Eyang Jati Tempe, saya membaca ada romantisme di sana.

Meskipun buku ini bertajuk buku cerita anak, tokoh – tokoh di buku ini rata -rata berusia remaja. Bahkan pada cerita pertama dan terakhir, tokoh utamanya sudah mahasiswa. Selain itu, untuk level anak – anak di Indonesia yang umumnya pembaca pemula, kalimat – kalimat pada buku ini tergolong rumit dan panjang. Berbeda jika anak – anak pembaca mahir yang membaca. Mereka tidak akan kesulitan memahami isi buku ini.

Secara garis besar, buku ini penting dan menarik. Selain mengenal kekayaan semesta, kita juga mengenali kearifan lokal Nusantara. Sketsa – sketsa pada buku membuat buku ini tampil berbeda. Sketsa - sketsa karya Tanti Amelia dalam setiap cerita amat memikat, baik edisi hitam putih maupun yang berwarna.

Jadi, yuk baca bukunya 😊

Launching Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta

https://www.siswiyantisugi.com

Mendung menggelayuti jalan Ganesha ketika saya melangkahkan kaki memasuki perpustakaan ITB. Suasana di salah satu ruangan perpustakaan sudah ramai oleh teman - teman dari berbagai komunitas. Kursi - kursi berderet rapi. Sementara itu, spanduk bertuliskan Peluncuran Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta terbentang di depan ruangan.

De Laras, sang penulis buku, memaparkan proses kreatifnya menulis buku cerita bertema lingkungan hidup. Sebagai penulis dengan jam terbang tinggi, buku bertema alam semesta merupakan impiannya sejak lama. Terlebih latar belakangnya di dunia sains membuat De Laras sangat bersemangat mewujudkan impiannya.

De Laras berkolaborasi dengan Tanti Amelia, blogger sekaligus ilustrator, dalam penulisan buku ini. Tanti yang terinspirasi Doodle Art dalam membuat ilustrasi berhasil menyajikan sketsa - sketsa memikat dalam setiap cerita.

https://www.siswiiyantisugi.com
Wawasan keindonesiaan dalam buku Aku dan Alam Semesta (dokpri)
Dalam acara berdurasi dua jam ini, hadir pula Ali Muakhir sebagai pembicara pendamping bersama Edi Warsidi dari ITB Press, dan Arief Ariyanto Hidayat yang mewakili Prof. Bambang Hidayat sebagai narasumber buku tersebut.

Menurut Ali, hal utama yang harus diperhatikan saat kita menulis cerita anak adalah target pembaca. Sekalipun golongannya anak - anak , level membacanya berbeda - beda. Karena itu, cara menyampaikanya pun pasti disesuaikan.

Penjelasan dari Ali Muakhir menjadi catatan khusus untuk saya sebagai penulis cernak wannabe. Masih wannabe karena sampai hari ini cernak - cernak saya masih banyak yang belum selesai revisi  Pembicara selanjutnya, Edi Warsidi, menyampaikan ITB Press kini membuka peluang bagi para penulis yang ingin mengirimkan naskah - naskah buku yang berisi ilmu pengetahuan.

https://www.siswiyantisugi.com
audiens menyimak dengan serius (dokpri)


Pemenang kuis dan doorprize (dokpri)

Saat sesi tanya jawab, hadirin sangat antusias. Tangan - tangan teracung menunggu giliran bertanya. De Laras menjawab setiap pertanyaan dengan jelas dan tuntas. Acara berdurasi dua jam ini diisi juga dengan pembagian doorprize dan kuis. Hadiah - hadiahnya bikin semangat ikutan. Ada buku cerita Aku dan Alam Semesta edisi berwarna, voucher menginap di jaringan Red Doorz tanpa batas waktu, serta hadiah utama voucher menginap di salah satu hotel di Solo.

Selepas pukul 16.00, Elisa Koraag sebagai moderator menutup acara. Taklupa ia mempersilakan hadirin untuk menikmati kopi dan cemilan di ruangan berbeda. Langit masih mendung saat saya beranjak pulang. Teringat isi buku yang dipaparkan De Laras tadi. Apakah ada cerita tentang hujan di dalamnya?

baca : Resensi Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta








  

Ini yang Biasanya Dilakukan Penulis di Toko Buku

dok.grand-indonesia.com

Sebagai pekerja lepas di dunia penulisan, toko buku menjadi lokasi penting yang saya kunjungi secara teratur. Biasanya minimal dua kali dalam sebulan saya singgah ke toko buku. 
Apa saja yang saya cari di toko buku? Banyak. Kadangkala tujuan saya tidak melulu membeli buku. Saat singgah di toko buku, saya bisa cuci mata melihat-lihat berbagai sampul buku baru yang menarik hati. Adakalanya saya melihat-lihat berbagai pernak-pernik cantik yang berderet atau digantung di rak-rak pajangan. Kalau disimpulkan, ada enam alasan saya mengunjungi toko buku.

Enam Alasan Saya Pergi ke Toko Buku


1. membeli buku atau alat tulis

Ini alasan yang membuat saya dan anak - anak sangat bersemangat melangkahkan kaki ke toko buku. Kami sudah membayangkan judul-judul buku dan stationery yang akan kami beli. Alangkah senangnya membaca buku-buku favorit dan belajar menggunakan alat tulis lucu - lucu.

2. survey judul-judu buku terbaru

Sebagai content writer, blogger, dan penulis buku soal, serta penulis buku anak wannabe, saya harus memperbarui informasi judul-judul buku terbaru yang terbit setiap bulan. Untuk apa? Informasi terbaru ini bisa menjadi gambaran tren di dunia perbukuan kita. 

Judul-judul buku terbaru alias new arrival ini acapkali menyuntikkan inspirasi bagi saya. Inspirasi itu bisa berupa ide tema baru yang akan saya tulis atau ide tambahan untuk naskah buku yang sedang saya kerjakan. Bahkan bisa menjadi ide untuk sudut pandang berbeda saat membahas suatu masalah di blog.

3. mengecek judul-judul buku best seller

Judul-judul buku best seller memberi gambaran pada saya tentang minat masyarakat terhadap tema tertentu. Informasi tentang sesuatu yang sedang tren diminati masyarakat, memudahkan saya untuk menentukan tema atau jenis buku apa yang akan saya tulis.

Berdasarkan informasi yang saya peroleh, buku - buku yang senantiasa laris di pasaran adalah Al Quran, buku resep, buku untuk anak-anak, tema parenting, motivasi, dan buku kumpulan soal. Aha! saya makin sumringah nih karena saya penulis buku kumpulan soal. Semoga keberuntungan pun datang untuk buku - buku saya.

4. mengecek stok buku saya

Selain mengecek buku best seller, alasan saya mengunjungi toko buku untuk mengetahui jumlah buku karya saya yang masih tersedia di toko tersebut. Biasanya saya langsung mengecek di katalog online yang bisa diakses dengan bebas oleh pengunjung. Pernah juga saya bertanya langsung ke pramuniaga mengenai pendistribusian buku saya di toko tersebut. Kalau buku saya sudah ada, biasanya saya minta info tempat penyimpanan buku dan garis besar jumlah stok buku yang tersedia.

https://www.siswiyantisugi.com
Salah satu karya saya 

5. rekreasi edukatif

Anak-anak saya amat menyukai saat - saat kami menghabiskan waktu di toko buku. Biasanya mereka berkeliling dulu melihat-lihat berbagai buku yang ada di rak best seller dan new arrival. Kalau ada yang cocok, baik selera maupun dana, salah satu buku itu akan berpindah ke kantong belanja kami.

Kondisinya berbeda jika anak-anak tahu belum ada anggaran untuk belanja buku. Sepanjang waktu di toko buku, mereka membaca-baca buku favoritnya. 

6. menikmati interior ruangan dan pernak-pernik di rak-rak cantik

Toko buku langganan saya menata buku-buku dan pernak-pernik dengan amat cantik. Karena itu, setelah membaca dan mengecek buku-buku di lantai atas, saya mencuci mata dengan melihat-lihat berbagai alat tulis lucu, berikut pernak-pernik lain yang cantik. Rasanya seperti me-recharge energi.

Refreshing tidak selalu harus pergi ke tempat piknik. Jalan-jalan ke toko buku juga bisa jadi alternatif refreshing. Kecintaan pada buku yang ditanamkan sejak dini bisa menumbuhkan tradisi literasi bagi anak-anak dan orang dewasa. 

Karena membaca dan menulis sebenarnya adalah terapi bagi pelakunya. Membaca sebagai kunci membuka jendela dunia. Menuliskannya merupakan langkah mengikat makna yang kita peroleh dari apa pun yang kita baca. Jadi, kapan terakhir kali ke toko buku? :)